Kemenristek-Kemenkes bentuk tim surveilans mutasi COVID-19
Kamis, 7 Januari 2021 16:17 WIB 688
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi bersama dengan Kementerian Kesehatan akan membentuk tim genomic surveilans yang akan bertugas meneliti mutasi virus SARS CoV 2 yang ada di Indonesia sebagai upaya untuk menekan penularan di Tanah Air.
"Saat ini Kemenristek dan Kemenkes, saya dan pak Menkes sudah sepakat akan membentuk tim genomic surveilans dalam upaya kita memahami virus COVID-19 termasuk mutasinya," kata Menristek Bambang Brodjonegoro dalam keterangan pers yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (7/1).
Tim nantinya bertugas melakukan Whole genome sequencing (WGS) atau hasil pengurutan gen pada virus SARS CoV 2 penyebab COVID-19 yang ada di Indonesia.
Bambang menargetkan tim untuk menyelesaikan pengurutan gen virus 1000 jenis.
Baca juga: Inggris kembali berlakukan 'lockdown', varian baru COVID-19 menggila
Menristek mengatakan saat ini Indonesia baru menyelesaikan 115 pengurutan gen virus COVID-19 yang dilaporkan terakhir pada Oktober 2020. Dia membandingkan dengan Singapura yang telah melakukan pengurutan gen sebanyak 1000 jenis sehingga memungkinkan negara kota tersebut menemukan mutasi virus COVID-19 yang berasal dari Inggris.
"Oleh karena itu Singapura sudah menemukan ada satu individu yang punya mutasi virus dari Inggris tersebut, karena mereka sudah punya whole genome sequencingnya," kata Bambang.]
Bambang yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Joko Widodo tersebut juga menyebutkan alasan Inggris berhasil menemukan mutasi dari virus COVID-19 dikarenakan negara tersebut telah memiliki tim genomic surveilans terbaik di dunia.
Selain ditargetkan untuk menyelesaikan 1000 jenis pengurutan gen virus COVID-19, tim genomic surveilans juga akan ditugaskan mempelajari kemungkinan virus bermutasi.
"Misalnya ada orang yang datang dari Inggris untuk segera diketahui apakah terdapat mutasi virus, termasuk mutasi yang terjadi di Afrika selatan apakah ada di Indonesia, dan juga mungkin mutasi yang ada di Indonesia sendiri," jelas dia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan beberapa laboratorium yang ada di Indonesia sudah memiliki alat genom sequencing tersebut dan bisa mendeteksi bisa terjadi mutasi virus.
Oleh karena itu dia mengarahkan kementerian lembaga terkait untuk menambah alat genome sequencing tersebut beserta dengan peningkatan standar keamanan laboratorium dari biosafety level dua menjadi biosafety level tiga.
"Saat ini Kemenristek dan Kemenkes, saya dan pak Menkes sudah sepakat akan membentuk tim genomic surveilans dalam upaya kita memahami virus COVID-19 termasuk mutasinya," kata Menristek Bambang Brodjonegoro dalam keterangan pers yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis (7/1).
Tim nantinya bertugas melakukan Whole genome sequencing (WGS) atau hasil pengurutan gen pada virus SARS CoV 2 penyebab COVID-19 yang ada di Indonesia.
Bambang menargetkan tim untuk menyelesaikan pengurutan gen virus 1000 jenis.
Baca juga: Inggris kembali berlakukan 'lockdown', varian baru COVID-19 menggila
Menristek mengatakan saat ini Indonesia baru menyelesaikan 115 pengurutan gen virus COVID-19 yang dilaporkan terakhir pada Oktober 2020. Dia membandingkan dengan Singapura yang telah melakukan pengurutan gen sebanyak 1000 jenis sehingga memungkinkan negara kota tersebut menemukan mutasi virus COVID-19 yang berasal dari Inggris.
"Oleh karena itu Singapura sudah menemukan ada satu individu yang punya mutasi virus dari Inggris tersebut, karena mereka sudah punya whole genome sequencingnya," kata Bambang.]
Bambang yang juga merupakan mantan Menteri Keuangan dan Menteri Koordinator Perekonomian di era Presiden Joko Widodo tersebut juga menyebutkan alasan Inggris berhasil menemukan mutasi dari virus COVID-19 dikarenakan negara tersebut telah memiliki tim genomic surveilans terbaik di dunia.
Selain ditargetkan untuk menyelesaikan 1000 jenis pengurutan gen virus COVID-19, tim genomic surveilans juga akan ditugaskan mempelajari kemungkinan virus bermutasi.
"Misalnya ada orang yang datang dari Inggris untuk segera diketahui apakah terdapat mutasi virus, termasuk mutasi yang terjadi di Afrika selatan apakah ada di Indonesia, dan juga mungkin mutasi yang ada di Indonesia sendiri," jelas dia.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan beberapa laboratorium yang ada di Indonesia sudah memiliki alat genom sequencing tersebut dan bisa mendeteksi bisa terjadi mutasi virus.
Oleh karena itu dia mengarahkan kementerian lembaga terkait untuk menambah alat genome sequencing tersebut beserta dengan peningkatan standar keamanan laboratorium dari biosafety level dua menjadi biosafety level tiga.