New York (ANTARA) - Takeda Pharmaceutical Co Ltd pada Rabu (13/5) mengatakan uji coba pengobatan COVID-19 yang didasarkan pada antibodi dari darah pasien yang pulih kemungkinan dimulai pada Juli.
Uji klinis akan melibatkan ratusan pasien dan membutuhkan beberapa bulan untuk menyelesaikannya. Jika berhasil, perusahaan farmasi Jepang itu dapat mengajukan persetujuan oleh otoritas AS tahun ini, ujar Julie Kim, kepala unit terapi turunan plasma di Takeda.
Baca juga: Pasien positif COVID-19 di Sumut tembus 200 orang
Baca juga: China berbagi pengalaman dengan Indonesia soal perawatan pasien COVID
"Soal kapan produk akan tersedia di luar, studi klinis masih belum jelas," kata Kim kepada investor. "Tapi kami berharap sebelum akhir tahun sudah dapat mendapat beberapa informasi terkait penggunaan yang lebih luas."
Memerangi penyakit dengan darah dari para penyintas adalah strategi kuno yang belum diuji dengan baik untuk virus corona jenis baru, yang muncul di China akhir tahun lalu dan telah menyebar ke seluruh dunia. Beberapa rumah sakit telah mengumpulkan plasma darah dari pasien yang pulih dan memasukkannya ke tubuh orang yang sakit COVID-19, tetapi kemanjurannya masih dipelajari.
Baca juga: Sudah 3.063 dari 14.749 pasien COVID-19 sembuh
COVID-19 telah menginfeksi 4,3 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan hampir 300.000 telah meninggal, menurut hitungan Reuters. https://graphics.reuters.com/CHINA-HEALTH-MAP/0100B59S39E/index.html Pandemi itu telah memacu beberapa lembaga pembuat obat untuk berlomba mengembangkan pengobatan atau vaksin yang layak.
Perawatan yang diusulkan Takeda menawarkan dosis antibodi standar. Perawatan itu juga memiliki umur simpan yang jauh lebih lama daripada plasma darah yang tidak diproses. Belum ada pengobatan untuk COVID-19 yang telah disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS.
Jumlah pasien yang dapat dibantu oleh pengobatan Takeda, awalnya disebut TAK-888, sebagian tergantung pada ketersediaan donor darah, kata Kim dalam sebuah wawancara dengan Reuters.
"Ini sumber daya yang langka," kata Kim. "Antibodi tidak bertahan selamanya dan kita harus menahan orang-orang dalam periode waktu itu. Ini tergantung pada perkembangan COVID-19 dalam geografi yang berbeda."
Pekan lalu, Takeda mengatakan telah bergabung dengan sembilan perusahaan lain yang bekerja pada terapi berbasis plasma darah untuk mengembangkan pengobatan bagi pasien COVID-19. Aliansi Plasma CoVIg-19 itu juga mencakup Biotest AG, CSL Behring, dan Octapharma Plasma.
Takeda bekerja sama dengan Institut Kesehatan Nasional AS (NIH) dalam uji klinis untuk menghasilkan pengobatan, yang tidak akan memiliki perlindungan paten industri obat standar karena menggunakan teknologi yang ada.
Sumber: Reuters