Seoul (ANTARA) - Korea Selatan melaporkan pada Senin bahwa setidaknya 116 orang yang pada awalnya dinyatakan sembuh dari virus corona telah kembali dites positif, meskipun para pejabat menyiratkan bahwa akan segera dilakukan pelonggaran pembatasan ketat yang bertujuan mencegah wabah baru.
Korea Selatan melaporkan hanya 25 kasus baru secara keseluruhan pada Senin, tetapi mencatat peningkatan pasien "yang kembali positif" yang telah menimbulkan kekhawatiran ketika negara itu berupaya untuk memberantas infeksi.
Pihak berwenang masih menyelidiki penyebab kekambuhan itu. Tetapi Jeong Eun-kyeong, direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KCDC), mengatakan virus itu mungkin telah kembali aktif dan bukannya pasien yang terinfeksi ulang.
Para ahli lain mengatakan tes yang salah mungkin juga berperan, atau sisa-sisa virus mungkin masih ada dalam tubuh pasien tetapi tidak menular atau membahayakan pasien atau orang lain.
Baca juga: Positif COVID-19 di Indonesia menjadi 4.557 kasus dan 380 pasien sembuh
Baca juga: 39 ABK KM Kelud dikarantina di RS Galang
Laporan 116 kasus itu lebih dari dua kali lipat dari 51 kasus yang dilaporkan Korea Selatan seminggu sebelumnya.
Korea Selatan berencana untuk mengirim 600.000 alat uji virus corona ke Amerika Serikat pada Selasa, pengiriman pertama setelah permintaan dari Presiden AS Donald Trump, menurut seorang pejabat Seoul kepada Reuters pada Senin.
Para pemimpin pemerintahan, sementara itu, meminta warga Korea Selatan untuk terus mengikuti panduan dan pembatasan pada pertemuan sosial, tetapi mengisyaratkan bahwa kebijakan itu dapat segera dilonggarkan.
Korea Selatan telah mengimbau warga untuk mengikuti jarak sosial yang ketat hingga setidaknya 19 April, tetapi karena kasus-kasus menurun dan cuaca membaik, semakin banyak orang yang melanggar kebijakan itu.
Pada pertemuan manajemen bencana pada Senin, Perdana Menteri Chung Sye-kyun mengatakan pemerintah akan segera mencari cara untuk melonggarkan kebijakan itu, yang menyerukan orang untuk tinggal di rumah, menghindari pertemuan sosial dalam bentuk apa pun, dan hanya keluar karena alasan penting .
"Akhir minggu ini, kami berencana untuk meninjau kampanye jarak sosial kami yang telah kami lakukan sejauh ini dan membahas apakah kami akan beralih ke langkah-langkah keselamatan rutin," katanya.
Beberapa pemerintah daerah telah memberlakukan tindakan yang lebih ketat, termasuk menutup bar dan klub malam, melarang demonstrasi besar, dan membatasi layanan gereja.
Chung mengingatkan bahwa bahkan ketika pembatasan sudah dilonggarkan, negara itu tidak akan kembali beroperasi seperti sebelum wabah.
"Kami membutuhkan pendekatan yang sangat hati-hati karena setiap pelonggaran jarak sosial dapat membawa konsekuensi yang tidak dapat diubah, dan harus merenungkan secara mendalam tentang kapan dan bagaimana kita beralih ke sistem baru," katanya.
Sumber: Reuters