Jakarta (ANTARA) - Google meluncurkan Community Mobility Report yang membantu masyarakat hingga pemerintah meninjau aktivitas manusia di tempat umum selama pandemik virus corona.
"Mulai hari ini kami meluncurkan versi awal COVID-19 Community Mobility Reports untuk memberikan pemahaman, merespons imbauan bekerja dari rumah, berada di rumah dan kebijakan-kebijakan lainnya untuk melandaikan kurva pandemik ini," kata Chief Health Office Google Health, Karen DeSalvo dan SVP Gep, Jen Fitzpatrick dalam pernyataan bersama di blog Google, dikutip Sabtu.
Community Mobility Reports berisi grafik kunjungan ke tempat-tempat publik, antara lain toko kelontong, apotek, stasiun kendaraan umum, taman, rumah tinggal dan perkantoran, selama periode menjaga jarak atau physical distancing.
Baca juga: Kasus COVID-19 di Mesir melonjak lebih dari 100 kasus
Baca juga: Marvel gratiskan akses komik digital
Data yang digunakan untuk membuat grafik berasal dari pengguna, yang secara sukarela mengaktifkan pengaturan lokasi, dan membagikan perjalanan mereka dengan Google.
Data tersebut dihimpun selama beberapa pekan belakangan, sementara grafik yang ditampilkan mewakili kondisi yang didapatkan selam 48 jam hingga 72 jam terakhir.
Google hanya menampilkan persentase dalam grafik tersebut, tidak ada jumlah kunjungan untuk suatu tempat, misalnya hanya ditampilkan ada penurunan kunjungan sebanyak 45 persen ke taman.
Menurut DeSalvo dan Fitzpatrick, laporan itu bisa membantu pemerintah memahami situasi, misalnya jika kunjungan ke stasiun yang sedang tinggi, mereka bisa menambah armada dan jam operasional bus atau kereta agar orang tidak berdesakkan.
Untuk menjamin keamanan pengguna, Google memastikan tidak ada individu yang bisa diidentifikasi dengan membagikan lokasi, termasuk kontak, pergerakan dan lokasi individu berada.
"Untuk laporan ini, kami menggunakan diferensiasi privasi, menambahkan kebisingan buatan ke set data kami, untuk menambah kualitas hasil, tanpa mengidentifikasi individu".
Google COVID-19 Community Mobility Reports untuk saat ini memberikan data untuk 131 negara dan wilayah, termasuk Indonesia. Jumlahnya akan ditambah mengingat situasi terkini dan kebutuhan data untuk membatasi penyebaran virus corona.