Riyadh (ANTARA) - Pemerintah Arab Saudi mengatakan pada Selasa masjid-masjid tak lagi menerima jamaah untuk melaksanakan shalat lima waktu yang dilakukan setiap hari, maupun shalat Jumat berjamaah sepekan sekali, sebagai upaya untuk membatasi penyebaran COVID-19 yang telah menginfeksi 171 orang.
Arab Saudi melaporkan 38 kasus baru, sehingga total kasus di negara tersebut berjumlah 171. Kerajaan telah mengambil langkah-langkah drastis untuk memerangi penyebaran virus corona, termasuk dengan menghentikan kegiatan Umrah, menangguhkan penerbangan internasional, serta menutup sekolah-sekolah dan mayoritas fasilitas umum.
Baca juga: Kasus positif COVID-19 di Indonesia bertambah menjadi 277
Kegiatan ibadah akan terus dilakukan hanya di dua masjid-masjid suci di Mekkah dan Madinah, yang merupakan tempat-tempat paling suci bagi umat Islam, sebagaimana dilaporkan kantor berita SPA. Keputusan tersebut dibuat oleh badan ulama tinggi.
Baca juga: Covid19.go.id, situs resmi terkait virus corona di Indonesia
Pintu masjid-masjid akan ditutup dan panggilan shalat (adzan) akan mengarahkan jamaah untuk melaksanakan shalat di rumah.
Kerajaan Arab Saudi sebelumnya menangguhkan kegiatan pekerjaan untuk pegawai pemerintah, kecuali di sektor kesehatan, militer dan keamanan.
Bank sentral mengatakan telah mengaktifkan rencana kesinambungan bisnis dan langkah-langkah kerja dari rumah untuk lembaga keuangan, dan media melaporkan Dewan Menteri menunda pertemuan rutin selama dua minggu.
Putra Mahkota Mohammed bin Salman kemudian berbicara melalui telepon dengan para pemimpin Prancis dan India untuk membahas upaya global untuk mengendalikan virus corona.
Oman, negara yang bertetangga dengan Arab Saudi, juga menutup masjid-masjid, restoran, kedai-kedai kopi, area wisata, serta pasar tradisional dan pusat perbelanjaan (mal), kecuali toko supermarket dan apotek.
Sementara Qatar melaporkan tiga kasus baru, membuat total kasus COVID-19 menjadi 442. Negara tersebut juga telah menutup toko-toko di mal yang tidak menjual makanan atau obat-obatan, serta menutup sebagian dari area industri setidaknya untuk dua minggu, kata juru bicara otoritas Qatar.
Uni Emirat Arab (UAE) melaporkan 15 kasus baru, sehingga totalnya menjadi 113.
Di tengah ketidakpastian di pasar regional dan jatuhnya harga minyak, UAE mengumumkan bahwa saham akan diizinkan untuk turun maksimum 5%, bukan 10%, secara harian dari harga penutupan hari sebelumnya.
Bahrain, dengan 227 kasus dan satu-satunya kematian di antara enam negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk, mengambil sejumlah langkah, termasuk menyediakan pembiayaan untuk beberapa pembayaran utilitas perorangan dan perusahaan, serta membebaskan fasilitas wisata dari pajak.
Kementerian keuangan kerajaan pulau itu juga mengatakan akan menggandakan ukuran dana likuiditasnya menjadi 200 juta dinar (530 juta dollar AS) dan bank sentral akan meningkatkan kapasitas pinjaman bank sebesar 3,7 miliar dinar (9,8 miliar dollar AS) untuk menunda angsuran atau menyediakan pembiayaan tambahan.