Jakarta (ANTARA) - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyimpulkan Gunung Semeru hingga 8 Maret 2020 tingkat aktivitas vulkanik dinilai masih dalam Level II (waspada) tidak terdeteksi adanya peningkatan ancaman potensi bahaya.
Gunungapi Semeru merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Secara geografis puncaknya terletak pada 08’06'30’ lintang selatan dan 112’55'00" bujur timur dengan tinggi puncaknya (Mahameru) 3676 m dpl. Tingkat aktivitas Gunung Semeru sejak tanggal 2 Mei 2012 berada pada Level II (Waspada).
Secara visual selama awal Maret 2020 ini letusan terjadi menerus menghasilkan kolom letusan dengan ketinggian maksimum 200 meter diatas kawah puncak berwarna. Kolom erupsi berwarna kelabu hitam. Saat tidak terjadi erupsi, teramati hembusan gas menerus berwarna putih tipis dengan tinggi maksimum 100 m disertai sinar api diam dengan tinggi 10 - 50 m dari Kawah Jonggring Seloko.
Baca juga: Gunung Semeru luncurkan tujuh kali guguran lava pijar
Aktivitas guguran lava pijar mulai teramati sejak akhir Februari 2020 dengan jarak luncur 500-1000 meter ke arah Besuk Kembar, Besuk Bang dan Besuk Kobokan.
Pada 3 Maret 2020 terjadi satu kali awan panas guguran dari ujung aliran lava ke arah Besuk Kembar dan Besuk Bang sejauh 2250 m atau 3 km dari kawah puncak. Hingga 8 Maret 2020 aktivitas guguran masih terjadi dengan jarak luncur maksimum 700 m ke arah Besuk Kembar, dan Besuk Kobokan dengan jumlah kejadian fluktuatif.
Baca juga: Di kaki Gunung Semeru, ratusan orang gelar upacara sumpah pemuda
Sementara itu, aktivitas kegempaan Semeru masih tinggi yang didominasi oleh jenis Gempa Letusan, Guguran dan Hembusan. Pada 5 Maret 2020 terjadi kenaikkan jumlah Gempa letusan, kemudian menurun pada hari berikutnya. Gempa Guguran meningkat pada akhir Februari dan guguran lava terekam mulai tanggal 26 Februari 2020. Interval gempa letusan rata - rata terjadi setiap 1 jam sekali dan masih berpotensi terjadi letusan. Gempa Harmonik terekam berfluktuatif.
Data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang dipantau Antara, Jakarta, hingga awal Maret 2020 jumlah Gempa Letusan lebih besar dibandingkan dengan Gempa Guguran, mengindikasikan saat ini Gunung Semeru dalam fase konstruktif (pembentukan tubuh gunung api oleh material hasil erupsi).
Aktivitas letusan dan hembusan gas menerus di Kawah Jonggring Seloko - Gunung Semeru menunjukkan bahwa terjadi suplai atau tekanan dari magma yang terus berlangsung disertai dengan kenaikan fluida (gas, cair dan padatan) ke kedalaman yang lebih dangkal, seiring kemunculan aliran lava. Awan panas guguran terjadi akibat gravitasi pada ujung aliran lava yang tidak stabil.
Kemunculan tremor harmonik tanpa disertai gempa-gempa vulkanik (Vulkanik Dangkal atau pun Vulkanik Dalam) menunjukkan bahwa saat ini sistem sudah terbuka. Kejadian erupsi saat ini merupakan karakter erupsi dari Gunung Semeru. Interval gempa letusan yang cukup rapat menunjukkan bahwa hingga saat ini tidak terjadi penumpukan energi yang berpotensi terjadinya erupsi dengan intensitas yang lebih besar.
Potensi erupsi menerus masih ada dengan sebaran material erupsi berupa aliran lava, hujan abu lebat dan lontaran batu (pijar) di sekitar kawah dalam radius 1 km dari pusat erupsi, serta awan panas guguran sejauh 4 km di sekitar lereng tenggara dan selatan. Namun hingga saat ini jarak luncur awan panas guguran masih di bawah 4 km.
Perlu diwaspadai peningkatan gempa-gempa guguran yang menandakan ketidakstabilan ujung aliran lava yang berpotensi menjadi awan panas guguran.
Terjadi penumpukan material erupsi disekitar puncak, lereng dan hulu Besuk Bang, Besuk Kembar dan Besuk Kobokan berpotensi menjadi aliran lahar jika terjadi curah hujan yang cukup besar.
Masyarakat/pengunjung/wisatawan agar tidak melakukan aktivitas dalam radius 1 km dari kawah aktif dan di wilayah sejauh 4 km di sektor lereng selatan-tenggara yang merupakan wilayah bukaan kawah aktif Gunung Semeru (Jongring Seloko) sebagai alur luncuran awan panas guguran.
Untuk yang bermukim di bantaran sungai dan beraktivitas di dalam Besuk Kembar, Besuk Kobokan dan Besuk Bang agar mewaspadai ancaman bahaya aliran lahar.