Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi bergerak menguat di tengah ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.
"Rupiah mungkin bisa menguat ke arah support hari ini karena tidak adanya eskalasi di Timur Tengah dan penasehat gedung Putih meralat ucapan Trump soal penyerangan ke situs budaya Iran bila Iran membalas serangan AS," kata Kepala Riset PT Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa.
Ariston menuturkan para pelaku pasar juga menganalisa bahwa Iran tidak mungkin menyerang basis AS di Timur Tengah yang bisa menganggu ekspor minyak mentahnya.
Harga minyak dunia sendiri diperkirakan cenderung menguat menyusul memanasnya hubungan AS dengan Iran. Hubungan kedua negara merenggang usai militer AS membunuh seorang komandan senior Iran, yang memicu kekhawatiran mengganggu produksi energi di wilayah tersebut.
Muncul konflik baru AS dengan Iran akan semakin menambah daftar panjang ketidakpastian ekonomi global. Di mana sebelumnya AS lebih dulu mengerem laju pertumbuhan global akibat perang dengan China.
Potensi peningkatan harga minyak merupakan dampak jangka pendek yang bisa dirasakan Indonesia adapun dampak jangka panjang jika eskalasi Iran dan AS memanas akan menambah ketidakpastian global.
Mengingat Indonesia merupakan negara net importir minyak, maka sangat berpotensi adanya peningkatan nilai impor, sehingga hal itu menjadi tantangan di tengah usaha pemerintah untuk memperkecil defisit pada neraca perdagangan dan transaksi berjalan.
Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.000 per dolar AS.
Pada pukul 9.30 WIB, rupiah bergerak menguat 36 poin atau 0,26 persen menjadi Rp13.908 per dolar AS dibanding posisi sebelumnya di level Rp13.944 per dolar AS.
Rupiah menguat di tengah ketegangan AS-Iran
Selasa, 7 Januari 2020 10:27 WIB 543