Jakarta (ANTARA) - Pernyataan Menteri BUMN Erick Thohir bahwa Basuki Tjahaya Purnama Atau Ahok yang resmi menjadi Komisaris Utama (Komut) Pertamina pada Jumat 22 November 2019 lalu mengundang polemik.
Pendapat publik pun terbelah, ada yang setuju namun ada juga yang mengkritisi kebijakan tersebut. Lalu apakah pemilihan Ahok sebagai Komut Pertamina berdampak pada reputasi Pertamina?
Corne Dijkmans dkk (2014) menjelaskan bahwa reputasi perusahaan merupakan representasi kolektif dari kinerja dan luaran di masa lalu yang menggambarkan kemampuan perusahaan untuk memberikan hasil yang bernilai bagi banyak pemangku kepentingan.
Tulisan ini mencari tahu bagaimana reputasi Pertamina yang terbentuk pada netizen pasca keputusan Menteri BUMN Erick Thohir tersebut dilihat dari aktivitas warganet di dunia maya melalui analisis social listening.
Memahami Social Listening
Social listening merupakan proses aktif untuk hadir, mengamati, menafsirkan dan menanggapi berbagai stimuli dalam saluran komunikasi yang termediasi (Stewart, 2017) Saluran komunikasi termediasi ini dapat berupa saluran komunikasi elektronik dan non elektronik.
Pada social listening kali ini akan menelusuri berbagai aktivitas warganet mengenai isu pemilihan Ahok sebagai komisaris utama Pertamina pada dua media yakni Google search dan Twitter menggunakan beberapa social listening tools yakni Google Trends, Twitonomy dan Twitter search.
Penelusuran pada Google Trends bertujuan untuk mengamati dan menafsirkan aktivitas pencarian (social search) warganet pada mesin pencari Google dengan membandingkan kata kunci "Pertamina" dan "Ahok".
Data dari Google Trends dikurasi pada Sabtu 23 November 2019, satu hari setelah pengumuman Menteri BUMN Erick Thohir mengenai pengangkatan Basuki Tjahaya Purnama Atau Ahok sebagai Komut Pertamina. Beberapa hal menarik yang didapatkan melalui data Google trends adalah sebagai berikut
Terdapat peningkatan pencarian kata kunci “Pertamina” dan “Ahok” pada Jumat 22 November, pukul 05.00 pm.
Pada Gambar 1 dapat diamati bahwa pasca pernyataan pengumuman Menteri BUMN Erick Thohir mengenai pengangkatan Ahok sebagai Komut Pertamina, terjadi lonjakan drastis pencarian kata kunci "Pertamina" dan "Ahok" di mesin pencari Google.
Hal yang menarik adalah bahwa lonjakan pencarian kata kunci “Pertamina” dan “Ahok” sama-sama meningkat tajam pukul 03.00 PM - 05.00 PM pada Jumat 22 November 2019. Pertamina mendapatkan nilai popularitas sebanyak 100 pada Google trends dan Ahok sebanyak 93. Angka 100 menunjukkan bahwa Pertamina mendapatkan popularitas tertinggi pada mesin pencari Google pada waktu tersebut sepanjang seminggu terakhir.
Pencarian kata kunci “Pertamina” paling banyak dilakukan oleh warganet di Kalimantan Timur sedangkan kata kunci “Ahok” paling banyak dilakukan oleh warganet dari Nusa Tenggara Timur
Hal yang menarik dari gambar 2 dan 3 adalah pencarian kata kunci “Ahok” paling tinggi berasal dari warganet di Nusa Tenggara Timur (NTT). Popularitas Ahok di NTT ini mungkin disebabkan oleh hasil kunjungan Ahok ke NTT pada Agustus 2019 lalu.
Seperti yang dilansir oleh Dion Kota pada Pos-kupang.com, Ahok sempat melakukan kunjungan ke NTT pada 14 Agustus 2019. Sementara itu kata kunci pencarian "Pertamina" paling populer dicari oleh warganet di Kalimantan Timur, pada faktanya memang Kalimantan Timur merupakan basis kilang pengeboran Pertamina.
Reputasi Pertamina di Twitter
Selanjutnya social listening pada Twitter, dilakukan dengan bantuan aplikasi Twitonomy. Melalui aplikasi ini, dimasukkan kata kunci #pertamina untuk menjaring status atau tweet yang ditulis oleh warganet di media sosial ini. Data social listening pada Twitonomy di peroleh pada 24 November 2019.
Melalui aplikasi Twitonomy, didapatkan bahwa tweet yang disampaikan oleh @detikcom dengan pesan merupakan tweet dengan hastag #pertamina yang paling banyak di retweet oleh warganet. Tweet ini bertuliskan "Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan bahwa Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok akan menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero) #Pertamina".
Hingga pukul 1.16 AM pada 24 November 2019, Tweet tersebut telah diteruskan kembali (retweet) hingga 1425 kali oleh warganet dan memancing 495 komentar. Sebagian besar komentar warganet terbelah menjadi pro dan kontra terhadap keputusan tersebut.
Salah satu warganet yang tidak setuju adalah @andrekelv, ia menuturkan bahwa jabatan komisaris merupakan posisi yang tidak tepat jika ingin mengubah budaya korporasi, hal ini karena komisaris tidak memiliki wewenang penuh layaknya direksi.
Opini yang terbentuk bahwa keputusan menteri BUMN tersebut hanyalah agenda politik dan bukan didasarkan pada asas profesionalitas. Tweet @andrekelv ini dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini.
Namun, terdapat juga warganet yang setuju pada kebijakan itu, ia berpendapat bahwa Ahok memang pantas memegang jabatan komisaris dan bukan direksi, karena jabatan direksi membutuhkan pengalaman yang lebih sesuai dengan industrinya. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh pemilik akun @ariyfebri1 pada gambar 6.
Terlepas dari pro-kontra yang ada, terdapat isu lain yang mencuat dikarenakan keputusan pemerintah ini. Pernyataan aksi "bersih-bersih" oleh Menteri BUMN Erick Thohir justru membuat tergiringnya opini publik bahwa Pertamina sebagai BUMN tempat bercokolnya para mafia alias sarang korupsi.
Ini pun menjadi perdebatan di kalangan warganet. Hal ini seperti yang disampaikan oleh pemilik akun @lanletar dan @oji_saeroji.
Memahami reputasi Pertamina di dunia maya pasca penetapan Basuki Tjahaya Purnama Atau Ahok sebagai komisaris utama Pertamina sangatlah penting. Ditinjau dari aktivitas warganet di mesin pencari Google, popularitas pencarian kata kunci "Pertamina" dalam seminggu terakhir berbanding lurus dengan popularitas pencarian kata kunci "Ahok".
Masyarakat dan warganet sadar bahwa penetapan Ahok sebagai komisaris utama Pertamina merupakan agenda atau isu yang perlu ditelusuri di mesin pencari Google.
Penetapan Ahok sebagai komisaris utama Pertamina juga membuat persepsi warganet terbelah dengan mendukung dan menentang keputusan tersebut. Persepsi lainnya yang menarik adalah bahwa dengan agenda "bersih-bersih" yang diusung oleh Menteri BUMN Erick Thohir justru menimbulkan persepsi negatif terhadap Pertamina sebagai BUMN sarang mafia dan identik dengan perilaku koruptif.
Terlepas dari seberapa masif persepsi tersebut, hal ini merupakan representasi kolektif yang dimiliki oleh warganet terhadap Pertamina di media sosial Twitter dan tentunya menjadi tantangan bagi Pertamina.
*) Faris Budiman Annas adalah Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina