New York (ANTARA) - Kurs dolar AS melemah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), di tengah pound Inggris yang rebound, karena Perdana Menteri Inggris Boris Johnson kehilangan suara penting Brexit di parlemen, mengurangi kekhawatiran atas kemungkinan Brexit tanpa kesepakatan.
Pemerintah Inggris dikalahkan dengan selisih 27 suara ketika anggota parlemen pemberontak merebut kendali agenda parlemen pada Selasa (3/9/2019), yang akan memungkinkan debat RUU untuk memblokir Brexit tanpa kesepakatan.
Hasil pemilihan parlemen dipandang sebagai pukulan berat bagi Johnson, yang berjanji untuk membawa negaranya keluar dari Uni Eropa (UE) pada 31 Oktober dengan atau tanpa kesepakatan, meskipun ada tentangan keras dari pemberontak Tory dan anggota parlemen oposisi.
Dengan aliansi pemberontak mengambil kendali parlementer, diharapkan bahwa undang-undang yang berusaha untuk menunda keberangkatan Inggris dari Uni Eropa melampaui 31 Oktober akan diajukan.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,04 persen menjadi 98,9947 pada perdagangan terakhir.
Pada perdagangan terakhir di New York, euro turun menjadi 1,0966 dolar AS dari 1,0970 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,2085 dolar AS dari 1,2067 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia naik menjadi 0,6760 dolar AS dari 0,6716 dolar AS.
Dolar AS dibeli 105,99 yen Jepang, lebih rendah dari 106,19 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9874 franc Swiss dari 0,9904 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3326 dolar Kanada dari 1,3328 dolar Kanada.
Baca juga: Wall Street ditutup lebih rendah di tengah ketidakpastian perdagangan As-China