Jakarta (ANTARA) - Data yang pernah dipublikasikan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyebutkan jumlah rata-rata produksi sampah di Indonesia mencapai 175.000 ton per hari atau setara dengan 64 juta ton per tahun.
Bila menggunakan asumsi berdasarkan data itu, sampah yang dihasilkan setiap orang per hari sebesar 0,7 kilogram (kg). Bahkan, berdasarkan studi yang dirilis oleh McKinsey and Co dan Ocean Conservancy, Indonesia disebut sebagai negara penghasil sampah plastik nomor dua di dunia setelah China.
Di DKI Jakarta, Dinas Kebersihan setempat mencatat rata-rata 7.000 ton sampah dihasilkan setiap hari di Ibukota. Karena itu, pemerintah setempat menargetkan pengurangan sampah plastik mencapai 70 persen hingga 2025.
Salah satu upaya yang dilakukan dengan menggalakkan Gerakan Indonesia Bersih (GIB) yang merupakan bagian dari Gerakan Revolusi Mental dengan menitikberatkan kepedulian masyarakat untuk mengurangi sampah dari diri sendiri. Gerakan Indonesia Bersih mulai diluncurkan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Panjaitan di Jakarta pada 28 April 2019.
Jauh sebelum gerakan ini dicanangkan, banyak komunitas pecinta lingkungan telah secara swadaya mengampanyekan pembuangan sampah pada tempatnya hingga pengelolaan sampah secara bijak dan bertanggung jawab. Tak terkecuali di Jakarta ini.
Tak hanya bergerak di tempat umum dan jalanan, para pegiat lingkungan dari banyak komunitas itu bergerak hingga ke dalam perkampungan. Bahkan, sebagian telah membentuk bank sampah dan lokakarya untuk warga agar bisa mengelola sampah menjadi komoditas ekonomi sebagai sumber penghasilan tambahan.
Seorang aktivis dari komunitas pecinta lingkungan Jakarta Osoji Club, Faiz Muttaqin mengatakan komunitas mereka telah bergerak selama tujuh tahun di Jakarta untuk mengampanyekan membuang sampah pada tempatnya.
"Tidak hanya dalam kegiatan rutin kelompok melalui petik sampah (memungut sampah) yang kami adakan di area car free day (CFD) Jakarta. Kami juga melakukannya secara perorangan dalam kehidupan sehari-hari," kata Faiz.
Menurut dia, anggota komunitas yang awalnya dibentuk oleh warga negara Jepang tersebut melakukan pencegahan pembuangan sampah sembarangan hingga upaya penyadaran secara langsung ke oknum warga yang membuang sampah sembarangan.
Galak
Respon masyarakat tidak selalu baik. Sering kali aktivis malah di-cuekin bahkan diajak berkelahi oknum warga yang membuang sampah sembarangan karena tidak terima saat diperingatkan. "Banyak dari oknum warga pembuang sampah sembarangan malah lebih galak dan nyolot," kata Faiz.
Menurut dia, sebaiknya upaya penyadaran jangan dilakukan dengan mendokumentasikan pembuang sampah sembarangan, baik melalui foto maupun video. "Itu malah membuat pembuang sampah sembarangan tidak simpati dan dongkol sehingga pesan positif tidak bisa diresapi dengan baik," kata Faiz.
Sebaiknya penyadaran dilakukan dengan komunikasi langsung dengan pembuang sembarangan itu meski responnya tidak selalu positif.
Senada dengan Faiz, seorang aktivis dari komunitas Trash Hero, Wibisono mengatakan, masih banyaknya masyarakat kurang sadar dalam membuang sampah pada tempatnya. Fakta ini menjadi tantangan terbesar aktivis lingkungan seperti dirinya dalam melakukan kampanye peduli sampah.
"Mereka seperti itu karena belum merasakan dampak buruk secara langsung dari tindakan buang sampah sembarangan," kata dia.
Jangan sampai masyarakat yang tidak peduli itu tersadar ketika sudah merasakan bencana akibat volume sampah yang semakin menggila.
Seorang aktivis lingkungan lainnya dari komunitas Lindungi Hutan, Faizal Isnain mengatakan, banyaknya masyarakat yang belum sadar untuk membuang sampah pada tempatnya. Hal itu karena masih tingginya ketergantungan mereka pada petugas kebersihan yang disediakan pemerintah.
"Kan sudah ada pasukan orange, entar juga dibersihkan mereka," kata Faizal menirukan kalimat yang sering terucap dari oknum masyarakat pembuang sampah sembarangan.
Faizal mengatakan, untuk mencapai Indonesia yang sehat dan bersih dari sampah tidak hanya dilandasi ketergantungan terhadap petugas kebersihan saja. "Semua elemen masyarakat harus bergerak bersama, dimulai dari kesadaran untuk mengelola sampah pribadi saja dulu," kata Faizal.
Sepakat dengan Faizal, seorang aktivis lingkungan lainnya dari komunitas Kalbis Care Share, Denaldy Gou mengatakan kesadaran diri itu bisa dilakukan minimal dengan menyimpan sampah dan buang hingga telah menemukan tempat sampah.
Keuntungan
Salah satu aktivis lingkungan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah Kertabumi Klinik Sampah, Athaya Lavita mengatakan, sampah, khususnya sampah plastik jika dikelola dengan baik akan memberikan keuntungan bagi warga.
"Masih banyak masyarakat Indonesia yang beranggapan sampah adalah sampah, benda yang tidak berguna," kata dia.
Athaya mengatakan, komunitasnya telah bergerak mengedukasi masyarakat dalam pengelolaan sampah plastik untuk menjadi komoditas yang bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi mereka.
"Dengan begitu masyarakat dapat lebih tergerak untuk mengelola sampah-sampah mereka sendiri secara bijak, bahkan menguntungkan bagi mereka," kata perempuan yang sering melakukan edukasi pengelolaan sampah di sekolah dan ibu rumah tangga ini.
Athaya berharap langkah yang dilakukan komunitas Kertabumi dan komunitas penggerak pengelolaan sampah lainnya dapat berkontribusi secara signifikan pada program pemerintah dalam mengurangi sampah di Indonesia.
Meski upaya penyadaran publik mengenai penanganan sampah yang baik masih harus melalui jalan berliku dan membutuhkan waktu, tetapi mereka---ara aktivis itu-- terus bergerak dengan semangat pantang menyerah.
Pahit manis aktivis peduli sampah
Minggu, 7 Juli 2019 16:06 WIB 1122