Medan (ANTARA) - Aksi Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat (GNKR) Sumatera Utara di depan gedung DPRD Sumut sempat berlangsung ricuh.
Aksi ini dilakukan usai melaksanakan salat Tarawih berjamaah. Masa aksi yang mayoritas adalah mahasiswa, mulai melempari aparat kepolisian dengan botol air mineral. Tidak hanya itu, mereka bahkan menghancurkan pagar kawat duri yang dipasang sepanjang jalan Imam Bonjol Medan tepatnya di depan gedung DPRD Sumut.
Aksi ricuh berlangsung hanya beberapa menit setelah pihak aparat TNI langsung menemui masa aksi.
Pascaaksi ricuh, Kapolrestabes Medan Kombes Pol Dadang Hartanto, langsung melakukan dialog dengan masa aksi.
Dalam dialognya ia menegaskan akan bertanggung jawab terhadap keamanan dan kekondusifan kota Medan.
"Saya Kapolrestabes Medan, saya menjaga tempat ini jauh hari sejak kita dari KPU. Hari ini saya jaga dengan segala upaya dan keringat untuk menjaga adik-adik supaya tidak ada satupun korban di sini. Karena saya cinta kepada adik-adik semua," katanya, disambut teriakan takbir oleh masa aksi
Ia menegaskan bahwa apa yang menjadi pernyataannya akan dipertanggungjawabkan. "Sampai mati saya akan bertanggung jawab. Kita sama-sama ingin mati syahid, saya tidak ingin kita beradu disini," ujarnya.
Pada kesempatan itu Kombes Pol Dadang Hartanto juga mengklarifikasi mengenai sikap pihak kepolisian yang dikatakan masa aksi tidak manusiawi.
.
Baca juga: Aksi massa di DPRD Sumatera Utara ricuh
Baca juga: Aksi massa ricuh di DPRD Sumut berhasil diredam TNI
"Apabila pihak kepolisian melakukan kesalahan pasti dilakukan upaya-upaya penindakan. Saya minta kita semua harus sama-sama menjaga, karena tidak akan mungkin saya melukai adik-asik semua," tuturnya
Hingga saat ini, masa aksi masih bertahan di depan gedung DPRD Sumut sambil menunggu keputusan dari Ketua Presidium Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat dan relawan 02 Rabualam Syahputra yang sedang melakukan negosiasi dengan pihak aparat TNI-Polri