Tapanuli Selatan (ANTARA) - Petani Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan, mulai giat mengembangkan budidaya cabainya seiring harga yang mulai merangkak naik hingga mencapai Rp17 ribu per kilo akibat berkurangnya tingkat produksi.
Herman Harahap, pengurus Forum Petani Sipirok (FPS), di Sipirok, Senin, mengatakan cabai merah merupakan komoditas unggulan masyarakat daerah itu disamping padi dan kopi.
"Kiranya harga komoditas cabai ini dapat terus meningkat hingga di atas angka Rp20 ribu per kilonya, agar petani lebih sejahtera," katanya.
Herman sendiri mulai mau membudidayakan cabai merah diatas lahan lembah Tor (gunung) Sibohi, Sipirok dengan 8 mulsa (1 mulsa seribu batang).
"Per mulsa budidaya cabai hingga produksi bisa menguras kantung sendiri hingga mencapai Rp.3 juta," sebutnya. Itupun, pengelolaannya mandiri artinya tanpa berdayakan tenaga orang lain.
Untuk hasilnya sendiri, kata dia, produksi mulai tanam hingga panen sekitar 0,5 - 6 ons per batang, hanya saja kalau perawatannya betul maksimal bisa mencapai 8 ons - 1 Kg/batangnya.
"Petani bisa agak bernafas lega apbila harga cabai ini dikisaran harga Rp.20 ribu/kilonya atau lebih mengingat ongkos produksinya," kata Hendra.
Namun tantangan yang dihadapi petani saat ini adalah faktor cuaca ( mulai kemarau) tambah harga pupuk maupun pestisida, walau kenaikan tidak signifikan namun cukup terasa.
Hanya saja, menurut Herman, petani hortikultura Sipirok merasa optimis hasil tanam mereka ini nantinya mampu memberikan harapan bagi petani.
Harga merangkak naik, petani Sipirok mulai giat budidaya cabai merah
Senin, 25 Maret 2019 18:00 WIB 1722