Medan (ANTARA) - Calon Wakil Presiden RI, KH Ma'ruf Amin bersilaturahim bersama alim ulama di Pesantren Al Kautsar Al Akbar Medan, Sabtu (9/3), yang merupakan rangkaian kunjungannya ke Sumatera Utara mulai Sabtu hingga Senin (9-11/3).
KH Ma'ruf Amin dalam kesempatan itu menyampaikan dirinya sangat mengapresiasi karena bisa berkunjung ke pesantren itu dan lebih luar biasanya acara dihadiri berbagai tokoh agama dan tokoh masyarakat yang ada di Sumatera Utara.
"Saya sudah beberapa kali datang ke Sumut dan setiap kali datang selalu mendapat ulos. Itu artinya saya sudah sah sebagai warga Sumut. Dan semoga dukungan warga Sumut kepada pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin terus tergalang dengan baik," katanya.
Ia menyampaikan perbedaan yang ada seperti beda agama, beda suku dan beda pilihan politik jangan dijadikan sebagai alat pemecah belah, namun harus dijadikan sebagai alat pemersatu sehingga bangsa ini ke depannya semakin jaya dan maju sebagaimana yang diharapkan semua pihak.
"Yang lebih penting lagi kemajuan-kemajuan yang dicapai itu bisa membuat bangsa ini mampu bersaing dengan negara-negara besar lainnya di dunia. Nah itu semua bisa diwujudkan kalau kita semua bersatu dan menghilangkan semua ego," katanya.
Negara ini, lanjut dia, direbut dengan darah dan air mata dari penjajah yang kemudian oleh para pendahulu dijadikan satu bangsa berdaulat yang disatukan oleh Pancasila dan UUD 1945.
"Itu artinya NKRI harga mati. Kita harus mempertahankan keutuhan bamgsa ini, jangan mudah dipancing oleh orang-orang tidak bertanggung jawab yang selalu menyebarkan berita bohong," katanya.
Sekarang ini, lanjut Ma'ruf Amin, banyak berita bohong yang disebarkan oleh pembohong-pembohong yang tujuannya ingin menjatuhkan wibawa pemerintah, terlebih lagi dengan semakin dekatnya Pemilu 2019.
"Tapi saya percaya orang Sumatera Utara sudah lebih pintar yang tidak akan mudah percaya begitu saja dengan kebohongan-kebohongan yang mereka sebarkan. Lihatlah berbagai kemajuan yang sudah dicapai dalam benerapa tahun ini. Infrastruktur sudah dibangun dimana-mana. Itu kok gak dianggap oleh mereka," katanya.