Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Buah salak di Kabupaten Tapanuli Selatan mengalami penurunan produksi sekaligus pendapatan akibat kondisi "danga" (istilah karet trek) atau tidak musim buah.
Bidang Simatupang (48), salah satu petani salak Desa Sibangkua, Kecamatan Angkola Barat, kepada Antara di Sipirok, Rabu, mengungkapkan, kondisi danga sudah sejak awal November 2018.
Biasanya, kalau lagi normal, dalam ukuran satu hektare kebunnya dapat menghasilkan sekitar 10 - 12 karung (satu karung = seberat 25 kilogram) salak seminggu.
"Saat danga, hanya dapat berkisar 4 karung - 5 karung seminggu,"ujarnya.
Terjadi juga di daerah Desa Sisundung, Sigumuruh, Simatorkis dan lainnya di wilayah itu.
"Penurunan produksi diikuti tingkat penurunan kualitas cita rasa (manisnya) yang berkurang,"katanya.
Menurutnya, danga mau mencapai hingga tiga bulan bahkan lebih dalam setiap tahunnya, sudah lumrah menjelang akhir tahun.
Satu karung ditingkat petani diharga Rp150 ribu. Pemasarannya, sampai ke Aceh, Pekanbaru, selain Medan dan daerah lainnya.
Upaya menambah inkam pendapatan keluarga, sejumlah petani katanya mencari tambahan seperti menderes karet, itupun kalau punya.
Produksi buah salak Tapanuli Selatan menurun
Rabu, 28 November 2018 14:26 WIB 3520
Penurunan produksi diikuti tingkat penurunan kualitas cita rasa (manisnya) yang berkurang