Medan, (Antaranews Sumut) - PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau INALUM untuk pertama kalinya menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sebagai Induk Holding Industri Pertambangan.
Agenda RUPS yang diadakan di Kementerian BUMN, Rabu (11/4) ini adalah Persetujuan Perubahan Susunan Pengurus Perseroan.
RUPS dibuka dan dipimpin oleh Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media Kementerian BUMN Fajar Harry Sampurno sebagai kuasa Pemegang Saham yang dihadiri oleh seluruh jajaran Dewan Komisaris dan Direksi INALUM.
Deputi Bidang Usaha Energi, Logistik, Kawasan dan Pariwisata Kementerian BUMN Edwin Hidayat Abdullah serta beberapa pejabat Kementerian BUMN lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Direktur Utama INALUM Budi Gunadi Sadikin menjelaskan bahwa beberapa perubahan terkait anggaran dasar dan susunan pengurus Perseroan dilaksanakan untuk mempercepat proses sinergi dari masing-masing Perusahaan Holding Industri Pertambangan.
“Beberapa perubahan telah ditetapkan dalam RUPS dalam rangka mempercepat proses konsolidasi di internal Holding Industri Pertambangan. Mohon doa restunya agar proses tersebut berjalan dengan lancar dan tanpa hambatan sehingga Holding Industri Pertambangan mampu menjadi perusahaan kelas dunia,” ungkap Budi.
Dsei RUPS tersebut salah satunya terjadi perubahan pada susunan pengurus Perseroan per 11 April 2018 yakni:
Susunan Dewan Komisaris, Komisaris Utama: Fajar Harry Sampurno, dengan Komisaris, Agus Tjahajana Wirakusumah, Purbaya Yudhi Sadewa dan Muhammad Munir.
Sedangkan dari Susunan Direksi Direktur Utama masih tetap, Budi Gunadi Sadikin.
Direktur Keuangan terjadi perubahan dari Oggy Achmad Kosasi menjadi Orias Petrus Moedak.Direktur Layanan Strategis, Ogi Prastomiyono. Direktur Pengembangan Bisnis (merangkap Direktur Pelaksana) Oggy Achmad Kosasih.
Direktur Produksi Sahala Hasoloan Sijabat.Direktur Umum dan Human Capital Carry Mumbunan.
Dari perubahan susunan pengurus Perseroan tersebut terdapat beberapa wajah baru yang mengisi perubahan maupun penambahan posisi dengan detil sebagai berikut, Komisaris Utama Fajar Harry Sampurno Lahir di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 18 April 1966.
Beliau meraih gelar S1 dari Universitas Brawijaya, gelar Master of Business Administration dari Monash University, dan gelar Doctor of Philosophy dari University of Iowa, USA.
Saat ini beliau menjabat sebagai Deputi Bidang Usaha Pertambangan, Industri Strategis dan Media di Kementerian BUMN.
Komisaris Muhammad Munir
Lahir di Kendal, Jawa Tengah pada tanggal 28 Oktober 1958. Beliau adalah seorang purnawirawan tokoh militer Indonesia. Beliau pernah menjabat sebagai Wakasad pada tahun 2013 hingga 2015.
Saat itu beliau didaulat sebagai orang nomor dua di TNI-AD menggantikan Letjen TNI Moeldoko yang menjadi KSAD. Beliau merupakan alumnus Akademi Militer di Magelang tahun 1983 dan berasal dari kecabangan infanteri.
Beliau tercatat pernah menduduki sejumlah jabatan penting. Beliau pernah menjadi Ajudan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, kemudian menjabat Kasdivif 1/Kostrad, Kasdam Jaya, Pangdivif 2/Kostrad, Pangdam III/Siliwangi, Pangkostrad, Wakasad, Pati Mabes TNI dan terakhir beliau menjabat sebagai Sekjen Wantannas hingga tahun 2016.
Direktur Keuangan Orias Petrus Moedak
Lahir di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada tanggal 26 Agustus 1967. Berbekal pengalaman yang mumpuni di dunia keuangan beliau berhasil menduduki beberapa posisi strategis yang pernah dijabat seperti Direktur Utama PT Pelindo III, Direktur Keuangan PT Pelindo II.
Kemudian Direktur Corporate Finance PT Bahana Securities, Managing Director Head of Indonesia Coverage Daiwa Capital Markets Singapore Limited, Senior Auditor Ernst & Young dan terakhir sebagai Direktur Keuangan PT Bukit Asam (Persero) Tbk atau PTBA hingga tahun 2018.
Direktur Layanan Strategis Ogi Prastomiyono
Lahir di Bogor, Jawa Barat pada tanggal 21 Mei 1961. Meraih gelar BSc dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1984, gelar Master dari Institut Ekonomi, Boulder Colorado, AS pada tahun 1992 dan gelar MBA dari Universitas Notre Dame, Indiana, AS pada tahun 1994.
Beliau memulai karir perbankannya di Bank Ekspor Impor Indonesia (BankExim) pada tahun 1986 sebagai Loan Officer di Divisi Kredit Perkebunan dan posisi terakhirnya di Bank Exim adalah Kepala Divisi Penelitian & Pengembangan pada tahun 1999.
Setelah penggabungan Bank Mandiri, beliau ditunjuk sebagai Kepala Grup Kepatuhan dari Juli 1999 hingga Januari 2001, pada saat itu beliau menjadi Kepala Proyek dari Tim Kerja IPO hingga Bank Mandiri menjadi perusahaan terbuka pada bulan Juli 2003.
Pada Desember 2003, beliau ditunjuk sebagai Direktur Bank Syariah Mandiri hingga Juni 2005. Pada Juni 2005, beliau ditugaskan sebagai Kepala Grup Kepatuhan di Bank Mandiri. Dari Januari 2006 hingga 2007 beliau ditunjuk sebagai Kepala Grup Audit Internal.
Pada bulan Mei 2008, beliau ditunjuk sebagai Direktur Bank Mandiri, bertanggung jawab untuk Kepatuhan dan Sumber Daya Manusia. Posisi terakhir beliau di Bank Mandiri adalah sebagai Direktur Operasi.
Holding Industri Pertambangan
Sebagaimana diketahui, INALUM telah menjadi Induk Holding Industri Pertambangan sejak 27 November 2017 lalu yang beranggotakan PT Antam Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Timah Tbk dan 9,36% saham PT Freeport Indonesia.
Pembentukan Holding Industri Pertambangan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas usaha dan pendanaan, pengelolaan sumber daya alam mineral dan batubara, peningkatan nilai tambah melalui hilirisasi dan meningkatkan kandungan lokal, serta efisiensi biaya dari sinergi yang dilakukan.
Selanjutnya, INALUM sebagai induk Holding memiliki tugas strategis untuk mengambil alih divestasi saham PT Freeport Indonesia, mendorong hilirisasi tambang dan hingga akhirnya memiliki size sebagai salah satu perusahaan yang tercatat dalam 500 Fortune Global Company.
Dampak keberadaan Holding Industri Pertambangan nantinya akan memberikan manfaat bagi masyarakat melalui peningkatan kegiatan Bina Lingkungan dan CSR di bidang pendidikan, peningkatan keterampilan, kesehatan, dan kelestarian lingkungan.
Selain itu, berkembangnya industri pengolahan tambang dan mineral juga akan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui penyerapan ribuan pekerja baru, meningkatkan kegiatan ekonomi daerah, serta mendorong harga produk yang lebih bersaing.
Program Hilirisasi
Selain itu, dalam rangka meningkatkan hilirisasi tambang, pada tahun 2017 INALUM telah menghasilkan produk turunan baru berupa Billet dan Foundry Alloy yang berhasil diproduksi dan dikirimkan ke para pelanggan setia INALUM.
Kedepannya INALUM akan terus mengembangkan beberapa proyek hilirisasi lain diantaranya yaitu proyek Slab Sheet dan Wire Rod, serta pengembangan ke hulu yaitu pembangunan Smelter Grade Alumina Refinery di Mempawah Kalimantan Barat, pabrik Calcined Petroleum Coke (CPC).
Serta pengembangan kapasitas produksi hingga 1 juta ton Aluminium per tahun melalui ekspansi klaster Aluminium di Kalimantan Utara.
Beberapa proyek yang dilaksanakan oleh INALUM ini bukanlah tanpa alasan. INALUM terus mendorong hilirisasi Aluminium dikarenakan merupakan logam yang memiliki prospek yang cerah dengan karakteristiknya yang ringan, kuat, dan merupakan konduktor yang baik.
Diprediksi kebutuhan aluminium akan terus meningkat, khususnya dari sektor transportasi dan konstruksi. Hal ini didukung oleh data dari World Bureau of Metal Statistics yang menyatakan pada tahun 2016 terjadi gap supply dan demand yang cukup besar yaitu sebesar 221 ribu ton.
Sinergi Antar Anggota Holding
Beberapa proyek sinergi dengan sesama anggota Holding Industri Pertambangan untuk mendorong hilirisasi tambang pun akan terus dilaksanakan yaitu PLTU Mulut Tambang INALUM (kerjasama INALUM – Bukit Asam), PLTU Mempawah (kerjasama INALUM – Antam – Bukit Asam).
PLTU/PLTG Halmahera Timur (kerjasama Antam – Bukit Asam), Smelter Logam Mulia (kerjasama INALUM – Antam) serta Smelter Tembaga (kerjasama INALUM – Freeport). Dengan kemampuan finansial dan kinerja keuangan yang mengkilap di tahun 2017, diharapkan INALUM mampu merealisasikan proyek-proyek tersebut sesuai target yang ditetapkan.
RUPS Pertama PT Inalum sebagai induk holding tambang
Jumat, 13 April 2018 9:15 WIB 5867