Medan, 6/6 (Antara) - Nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumatera Utara masih mengalami pelemahan atau tinggal 924,626 juta dolar AS pada kuartal I 2016, meski pada April ada lonjakan devisa akibat naiknya harga jual crude palm oil/CPO atau minyak sawit mentah.
"Pada kuartal I 2016, ada penurunan devisa dari lemak dan minyak hewan/nabati sebesar 13,07 persen dari periode sama 2015 yang masih bisa 1,063 miliar dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Senin.
Terjadinya kenaikan devisa pada kelompok barang itu di April yang mencapai 18,33 persen belum bisa menahan penurunan nilai ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Sumut sepanjang kuartal I 2016.
Pada April 2016, devisa Sumut dari golongan barang itu mencapai 255,679 juta dolar AS dari Maret yang sebesar 216,070 juta dolar AS.
Menurut dia, kenaikan devisa di April dipicu harga jual CPO yang membaik.
Ketua Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut, Setia Dharma Sebayang, CPO dan produk turunan lainnya yang masuk golongan barang lemak dan minyak hewan/nabati pada kuartal I 2016 masih memberikan kontribusi besar atau 39,36 persen terhadap perolehan devisa Sumut.
Meski tetap memberi kontribusi terbesar, kata dia, diakui, nilai ekspor golongan barang itu karena permintaan dan harga jual tren menurun dampak krisis global.
Setia Dharma Sebayang menyebutkan, sebenarnya harga CPO sudah semakin membaik tetapi belum kembali normal sehingga belum mampu mendorong kenaikan devisa.
Harga CP0, kata dia, masih terus mengalami fluktuasi karena dampak krisis global dan isu negatif sawit yang tetap masih berlanjut.
"Oleh karena itu, isu negatif perlu terus ditepis dengan berbagai cara," tukasnya.