Batubara, 12/3 (Antarasumut) - Untuk meningkatkan nilai tambah serta mengantisipasi penurunan harga saat produksi cabai melimpah, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara, Provinsi Sumatera Utara, membina petani cabai untuk mampu mengolah bahan baku menjadi produk olahan, berupa saus cabai.
Kepala Bagian Perekonomian Pemkab Batubara, Edwin AS, bersama Kepala Bappeda Ahmad Ensten, Kamis, di Limapuluh, mengatakan baru-baru ini mereka bekerjasama dengan Bank Indonesia (BI) mengadakan pelatihan pengolahan cabai untuk menjadi saus.
"BI memfasilitasi peralatannya. Ada dua kelompok petani cabai yang dibina, mereka diarahkan untuk jadi petani yang berdaya dan bisa meningkatkan nilai tambah usahanya, bukan sekadar memproduksi bahan baku,” kata Edwin.
Saus yang diproduksi, dijamin asli dan sehat karena tanpa bahan pengawet. Tapi tetap bisa bertahan beberapa lama karena dalam pengolahannya menggunakan teknis tertentu, lalu dikemas dalam botol yang steril.
“Saat ini kami tengah memproses PIRT serta label halalnya agar saus ini bisa masuk ke pasaran,” ucap Edwin.
Program berikutnya, bersama BI juga pemkab memfasilitasi petani cabai untuk membentuk koperasi. Setiap desa yang punya lahan cabai luas, dibentuk satu koperasi.
“Ini untuk membantu petani yang selama ini tergantung dengan tengkulak. Ke depan, dalam permasalahan permodalan, BI mendekatkan petani ke perbankan, melalui koperasi,” paparnya.
Intinya, pemkab ingin membantu petani cabai di Kabupaten Batubara yang jumlahnya sangat banyak. Namun setiap panen raya, petani cabai kerap mengalami masalah anjloknya harga, seperti baru-baru ini harga cabai merah hanya Rp 5.000/kg di tingkat petani.
Saat itu, pemkab mengambil peran menghubungi Bulog, untuk menampung cabai petani. Hasilnya, harga terdongkrak hingga mencapai Rp 15.000/kg.
“Diharap dengan upaya-upaya yang dilakukan ini, semangat petani untuk menanam cabai bisa bangkit. Kalau harga bisa dijamin Rp 10.000/kg saja setiap masa panen raya, petani siap membuka lahan baru seluas 200 ha setiap musim tanam,” ujar Edwin.