Balige, 31/1 (Antara) - Pemerintah Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara, membutuhkan sebanyak 700 guru untuk mengajar di 295 sekolah mulai tingkat SD, SMP, SMA dan SMK.
"Untuk mengantisipasi adanya kekurangan tenaga pengajar, kami telah menganjurkan kepada pihak sekolah bersangkutan guna merekrut tenaga guru sukarela," kata Kepala Dinas Pendidikan Toba Samosir (Tobasa), Lalo Simanjuntak di Balige, Jumat.
Menurut Lalo, pihaknya terus berupaya agar keberadaan tenaga guru dapat lebih merata di setiap sekolah terutama sekolah-sekolah negeri.
Memang, kata dia, masih terlihat perbedaan jumlah tenaga pendidik yang mengajar di sekolah-sekolah perkotaan dengan pedesaan serta daerah terpencil lainnya.
Untuk itu, lanjutnya, berbagai upaya telah mereka lakukan. Di antaranya dengan memutasi guru-guru, baik melalui penugasan maupun secara sukarela dari daerah yang kelebihan tenaga pengajar ke daerah yang masih kekurangan.
Ia menjelaskan, pihaknya juga telah memberikan tunjangan bagi guru yang mengajar di sekolah terpencil sebanyak 714 orang dan pemberian bantuan peningkatan kualifikasi ke jenjang S1 sebanyak 150 orang.
"Ini dilakukan agar lebih banyak lagi guru yang bersedia mengajar di daerah terpencil. Karena terus terang banyak yang masih enggan," katanya.
Sebagai contoh akibat akibat kekurangan tenaga pengajar tersebut, salahsatu Sekolah Dasar Negeri (SDN) 175804 Ujung Tanduk di Kecamatan Laguboti, saat ini hanya memiliki tiga orang guru kelas.
Kepala SDN 175804, Sofianna Hutapea menyebutkan, di sekolah tersebut, sebelumnya ada enam orang guru. Satu orang guru agama, lima orang guru kelas.
"Dari kelima guru kelas itu, satu orang telah menerima SK Pensiun dan satu guru lainnya dimutasi ke sekolah lain. Sekarang, guru kelas tinggal tiga orang untuk sekolah kami ini," ujarnya.
Sofianna menjelaskan, akibat kondisi kekosongan tenaga pengajar itu, mereka terpaksa harus bekerja keras, dengan memberdayakan guru yang ada, serta dirinya pun harus turun mengajar di kelas. Bahkan guru agama harus memegang 1 kelas.
Untuk mengisi semua kelas, mereka semua harus bekerja sama. Jika sedang mengajar di kelas I. Ibu guru agama mengajar di kelas III. Jadi, kalau misalnya ibu guru agama masuk les di kelas V, maka guru kelas V lah yang masuk di kelas III. Begitu juga lainnya. Demikian seterusnya untuk memenuhi kelas kosong.
Menurut Sofianna, kondisi itu telah berlangsung sekitar dua tahun. Namun ironisnya, ada Guru yang dipindahkan dari sekolah ini. Padahal, sekolah dimaksud masih sangat kekurangan guru.
"Kami berharap Kepala Dinas Pendidikan Tobasa dapat menambah tenaga guru, agar pendidikan di sekolah ini bisa dilanjutkan dengan baik," katanya.