Oleh Evalisa Siregar
Medan,23/8 (Antara) - Nilai ekspor Sumatera Utara ke India pada semester I 2014 anjlok 42,71 persen yang dipicu berkurangnya perdagangan minyak sawit mentah dan produk turunannya.
"Pada semester I tahun lalu masih sebesar 473,214 juta dolar AS, sedangkan periode sama tahun ini tinggal 271,112 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono di Medan, Sabtu.
Penurunan devisa itu, karena volume dan harga jual minyak sawit mentah atau CPO dan produk turunannya menurun..
India adalah salah satu negara pengimpor terbesar CPO Sumut bahkan Indonesia.
Penurunan devisa hingga 42,71 persen dari India itu sangat berpengaruh besar pada total devisa Sumut yang di semester I turun 1,62 persen atau 4,719 miliar dolar AS..
Meski nilai ekspornya anjlok, tetapi India tahun ini masih masuk dalam lima besar negara penyumbang terbesar devisa Sumut
India merupakan negara ke empat terbesar penyumbang devisa Sumut setelah Republik Rakyat Tiongkok (RRT), Amerika Serikat (AS) dan Jepang.
Masih tergolong besarnya devisa Sumut dari India itu, karena selain CPO dan produk turunan lainnya, India termasuk pengimpor terbesar hasil rempah Sumut seperti pinang.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit indonesia (DMSI) Derom Bangun mengakui penurunan permintaan CPO dari India.
Penurunan permintaan itu bahkan menurunkan harga minyak sawit mentah itu di pasar internasional.
Penurunan permintaan itu terlihat dari ekspor CPO dan produk turunannya serta minyak inti sawit Indonesia ke India pada triwulan I 2014 yang turun cukup besar dibandingkan periode sama 2013.
Pada triwulan I 2014, ekspor CPO ke India turun 58 persen atau tinggal 478.000 ton dari 1,137 juta ton di periode sama tahun lalu.
Sedangkan, kalau dihitung bersama produk turunan lainnya, ekspor Indonesia ke India itu mengalami penurunan 39 persen menjadi 1,066 juta ton dari 1,735 juta ton di triwulan I 2013,.
Adapun untuk produk minyak inti sawit tersendiri turun hingga 68 persen menjadi 22.000 ton dari 68.169 ton.
"Penurunan permintaan dari India itu antara lain dampak dar tingginya bea keluar CPO Indonesia dan produk turunan lainnya termasuk juga sedang tingginya produksi buah sawit di Indonesia serta hasil panen minyak nabati lainnya d