Medan, 13/8 (Antara) - Bahan baku penolong masih memberikan kontribusi terbesar pada nilai impor Sumatera Utara pada semester I tahun ini atau 61,49 persen.
"Kondisi itu sedikit menenangkan karena mengindikasikan geliat industri di Sumut masih cukup bagus," kata pengamat ekonomi Sumut, Wahyu Ario Pratomo di Medan, Rabu.
Banyaknya impor bahan baku menunjukkan bahwa industri masih beroperasi di tengah masih mengeluhnya pengusaha soal terjadinya permintaan yang tetap melemah dampak krisis global.
Agar impor bahan baku itu terus naik, maka Pemerintah diharapkan memberikan dukungan yang lebih besar bagi perusahaan industri di dalam negeri mulai dari kemudahan perizinan, impor dan ekspor hingga dukungan pendanaan melalui kredit perbankan.
Era Komunitas ASEAN yang akan dimulai 2015 harus terus diwaspadai dan disiasati Pemerintah untuk menjaga agar industri di dalam negeri jangan terpuruk dan barang impor membanjiri pasar dalam negeri.
Namun dia mengakui, impor bahan baku itu juga harus dikurangi agar tidak menjadi ketergantungan yang bisa membahayakan Sumut bahkan Indonesia.
"Sebenarnya potensi bahan baku di Sumut masih cukup besar tetapi karena harganya lebih mahal, maka pengusaha cenderung melakukan impor," katanya.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Wien Kusdiatmono menyebutkan, dari nilai impor Sumut di semester I yang senilai 2, 585 miliar dolar AS, sebesar 1,589 miliar dolar AS atau 61,49 persen berupa kontribusi bahan baku penolong.
Sisanya oleh barang konsumsi 590,783 juta dolar AS atau 22,85 persen dan barang modal 405,026 juta dolar AS.
Impor Sumut terbesar dari Malaysia, Singapura dan Thailand. ***2***
Biqwanto
(T.E016/B/B. Situmorang/B. Situmorang)