Samosir, (antarasumut)- (nama asli Batu Garu) terdapat di dalam Danau Toba yang berjarak lebih kurang 70 m dari tepi pantai Danau Toba di Harian Silulu, Dusun III Pangaloan, Kecamatan Nainggolan, dan terdiri dari 2 batu kecil dan 1 batu besar. Di bagian depan kedalaman air hanya mencapai lebih kurang 2 m sedangkan di bagian tengah dan belakang batu ini sudah mencapai 20 m lebih, pada kondisi musim kemarau.
Berdasarkan penuturan masyarakat setempat, dulu ada dua batu besar yang saling beradu. Batu yang satu berada di daratan dan batu yang satu lagi terbang ke Danau Toba. Batu yang terbang ke Danau Toba itulah yang sering berubah arah dan pindah tempat sehingga menimbulkan kekhawatiran masyarakat.
Akhirnya, karena sudah sangat mengganggu, maka untuk menghentikan batu agar diam di tempat, diadakanlah suatu kompetisi berupa adu kesaktian di antara masyarakat. Seseorang bernama Datu Parulas atau Datu Parultop yang, katanya, sanggup melumpuhkan batu itu.
Ia pun mengadakan acara ritual untuk menghentikan batu. Semua persyaratan dan perlengkapan, Datu Parulas yang mengatur. Acara ritual pun berjalan dengan baik. Pada saat acara dilakukan, Datu Parulas melakukan komunikasi dengan batu, tetapi hadirin tidak mengerti apa yang mereka bicarakan. Setelah upacara selesai, batu diam di tempat hingga sekarang.
Karena kemampuannya menghentikan batu agar diam di tempat, batu itu dinamakan Datu Parulas atau Datu Parultop.
