Sibisa, Sumut, 13/7 (Antara) – Ratusan jenis tanamana akan dikembangkan dalam hamparan seluas setengah hektare di Desa Sibisa, Kecamatan Ajibata, Kabupaten Toba Samosir (Tobasa), Sumatera Utara, untuk bahan baku industri obat yang berguna bagi masyarakat.
“Saat ini pemanfaatan tanaman obat semakin meluas, sehingga produktivitasnya perlu ditingkatkan, untuk memenuhi permintaan yang kian tinggi dari berbagai daerah termasuk luar negeri,” ujar pimpinan Puskesmas Sigumpar, Palmina Sihombing di Sibisa, Sabtu.
Menurut dia, agroklimat di wilayah berjarak sekitar 50 kilometer dari Balige, ibu kota Kabupaten Tobasa itu cukup sesuai untuk pengembangan berbagai tanaman obat yang termasuk dalam golongan hortikultura tersebut, hingga dinilai memiliki peluang besar meningkatkan pendapatan petani.
Disebutkannya, permintaan tanaman obat, seperti jahe,kunyit, serai, lengkuas, kencur dari Sumatera Utara ke daerah Pulau Jawa serta Malaysia dan Singapura, dewasa ini semakin besar.
Oleh karena itu, lanjut Palmina, areal pertanaman komoditi tersebut perlu diperluas, seiring dengan semakin beragamnya kebutuhan terhadap tanaman yang bermanfaat bagi kesehatan manusia.
Berbagai jenis tanaman itu, kata dia, bukan hanya dibutuhkan oleh industri obat tradisional seperti jamu, tetapi juga untuk kebutuhan industri farmasi dan kosmetika.
Ia menambahkan bahwa di Sumut saat ini mulai banyak dipasok beberapa jenis tanaman dari luar negeri, seperti jahe dari China dan Thailand, namun permintaan untuk komoditas itu terus meningkat, sehingga pemerintah provinsi Sumatera Utara perlu menjadikannya sebagai tanaman unggulan.
“Obat tradisional banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak terlalu menyebabkan efek samping, sehingga budidaya tanaman herbal itu perlu dikembangkan,” ujar Palmina.
Dikatakannya, ratusan jenis tanaman obat yang khas akan dikembangkan di Sibisa, karena dinilai cocok dijadikan sebagai model “taman sehat” atau apotik hidup di wilayah yang terletak di bagian tengah provinsi Sumut itu.
Banyak obat berbasis herbal yang diolah secara tradisional berdasarkan pengetahuan resep nenek moyang yang tidak hanya berpotensi menangani penyakit ringan saja, namun mampu mengatasi penyakit cukup berat.
Bahkan sekarang ini, katanya, beberapa perusahaan besar mengolahnya setelah modifikasi pemanfaatan bagian akar, rimpang, batang, buah, daun dan bunga, kemudian dijual dalam bentuk kapsul, serbuk, cair, simplisia dan tablet.
Pengembangan taman obat di Sibisa, lanjut Pamina, akan dilakukan melalui kerjasama dengan Yayasan Raja Isumbaon sebagai pengelola Taman Boru Tantan Debata di Parsaoran Sibisa, yang telah menyiapkan lahan seluas setengah hektare.
“Berbagai jenis tanaman herbal yang masuk kategori obat tradisional akan dikembangkan di daerah Sibisa, sebab jika dicermati banyak negara maju yang memiliki kecenderungan beralih ke pengobatan herbal,” tambahnya. (IN)