Medan, 10/6 (Antara) - Nilai ekspor minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Sumatera Utara (Sumut) turun 8,22 persen atau dari 1,421 miliar dolar AS di kuartal I tahun lalu menjadi 1,304 miliar dolar AS periode sama tahun ini.
"Penuruan devisa dari golongan barang itu masih disebabkan menurunya harga ekspor sebagai dampak krisis global,"kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Suharno, di Medan, Senin.
Meski nilai ekspor sudah tren menguat mulai April, tetapi penurunan yang terjadi di Januari-Maret, belum bisa mendongkrak total devisa minyak nabati itu pada kuartal I tersebut.
"Mudah-mudahan, harga CPO naik terus sehingga ekspor golongan barang itu yang selama ini menjadi primadona devisa Sumut bisa kembali terangkat,"katanya.
Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun menyebutkan, tren menguatnya harga CPO,dipicu permintaan yang menguat di dalam dan luar negeri.
Penguatan permintaan itu menyusul mendekati bulan Ramadhan dimana industri makanan dan lainnya meningkatkan produksinya untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang melonjak.
Kalaupun ada fluktuasi, harga masih tren menguat di kisaran 860 dolar AS per metrik ton (MT).
Bahkan, kata dia, diperkirakan harga akan naik terus minimal hingga Juli dengan harga mencapai 890 atau 900 dolar AS per MT.
"Tetapi tentunya itu kembali juga pada situasi perekonomian dunia,"katanya.
Dia mengakui, dewasa ini, produksi kurang banyak dampak belum memasuki masa panen besar dan akibat cuaca ekstrem.
Dari target produksi yang sebesar 5,5 juta ton hingga Maret, nyatanya realisasi produksi masih 5,2 juta ton.(E016)