Jakarta, 24/5 (Antara) - Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Suryo Bambang Sulisto mengatakan Indonesia berpotensi besar menjadi basis industri pengolahan dan manufaktur setelah pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015.
"Pertanyaannya, apakah hal itu bisa terwujud? Jawabannya tergantung apakah Indonesia mampu menyiapkan infrastruktur, lahan dan tenaga terampilnya," kata Suryo dalam salah satu seminar Indonesia Banking Expo (IBEX) 2013 di Jakarta Convention Center, Senayan, Jakarta, Jumat.
Suryo mengatakan dalam menghadapi MEA 2015, yang paling penting adalah menyiapkan faktor sosial masyarakat Indonesia untuk menerima MEA.
Menurut Suryo, Indonesia saat ini belum secara sistemik dan konsisten menyiapkan masyarakat dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM). Akibatnya, UMKM belum siap dan mampui bersaing dalam MEA.
"UMKM harus ikut berperan dalam MEA. Indonesia memang masih harus bekerja keras untuk menghadapi MEA dengan mengintegrasikan komponen-komponen dalam negeri," tuturnya.
Suryo mengatakan sering muncul pertanyaan apakah Indonesia siap menghadapi MEA pada 2015.
Menurut dia, pertanyaan itu tidak lagi relevan karena MEA 2015 sudah disepakati dan pemberlakuannya sudah di depan mata.
Pertanyaan yang lebih relevan, kata Suryo, adalah apakah Indonesia sudah pernah melakukan persiapan secara spesifik dan diperlukan untuk menghadapi MEA 2015.
Suryo Bambang Sulisto menjadi salah satu pembicara dalam seminar "Kesiapan Ekonomi Negara-Negara di Kawasan Asia Tenggara dalam Menghadapi MEA 2015".
Selain Suryo, pembicara lain adalah ekonom CSIS Djisman Simanjuntak, ekonom BNI Ryan Kiryanto, Kepala Divisi Riset Bursa Efek Indonesia Poltak Hotradero dan Ketua ASEAN Competitiveness Institute Soy Pardede. (D018)