Medan, 17/5 (Antara)- Neraca perdagangan Sumatera Utara dengan Belanda selama triwulan I-2013 mengalami surplus, meskipun besarannya lebih kecil dibanding periode yang sama tahun sebelumnya akibat turunnya nilai ekspor ke negara itu.
"Kalau tahun lalu surplus perdagangan bisa mencapai 88,849 juta dolar AS, maka tahun ini hanya 64,840 juta dolar AS," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut Suharno, di Medan, Jumat.
Menurunnya surplus itu dipicu akibat berkurangnya nilai ekspor berbagai komoditas Sumut ke negara tersebut seperti "crude palm oil" (CPO) karena dampak krisis global yang masih dirasakan.
Meski tren menurun, namun masih surplusnya neraca perdagangan itu tetap menggembirakan karena dari sepuluh negera tujuan utama ekspor Sumut, perdagangan ke lima negara seperti Malaysia dan Singapura justru sudah defisit di awal tahun ini.
Ekspor Sumut ke Belanda sendiri masih didominasi dengan CPO dan produk turunannya.
"Mudah-mudahan ekspor CPO membaik sehingga surplus perdagangan Sumut-Belanda itu bertambah besar," katanya.
Sekretaris Satu/Wakil Kepala Bagian Ekonomi Kedutaan Besar Kerajaan Belanda di Indonesia, Hajo Provo Kluit, mengatakan, Belanda masih membutuhkan berbagai barang dari Sumut.
"Diakui, CPO adalah salah satu produk yang sangat dibutuhkan," katanya.
Berkaitan dengan masih tergantungnya Belanda dengan CPO dan produk lainnya itu pulalah, maka diakui, pihaknya sejak Rabu lalu hingga akhir pekan ini melakukan pertemuan dengan pejabat di jajaran Pemerintah Provinsi Sumut, pengurus Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Sumut dan beberapa pengusaha lainnya.
Belanda, kata dia, ingin memiliki data akurat tentang potensi-potensi apa yang bagus dan memungkinkan untuk dikerjasamakan guna semakin menguatkan hubungan dagang termasuk berinvestasi di Sumut. ***3***
(T.E016/B/I.K. Sutika/I.K. Sutika)