Gabungan Perusahaan Karet Indonesia Sumatera Utara (Gapkindo Sumut) menyatakan kinerja ekspor karet untuk pengapalan di wilayah ini berangsur pulih dengan mencatatkan 22.522 ton atau meningkat 16, 65 persen (month-tomonth) pada bulan Agustus 2024.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menjelaskan volume ekspor karet untuk pengapalan tersebut meningkat jika dibandingkan bulan Juli 2024 yang hanya sekitar 19.308 ton.
“Dibandingkan bulan Juli naik 16,65 persen menjadi 22.522 ton. Namun, dibandingkan tahun lalu, secara YoY (year-on-year), terjadi penurunan sebesar 7,78 persen dari 24.422 ton pada Agustus 2023," ujar Edy Irwansyah, di Medan, Senin.
Menurut dia, kenaikan volume ekspor untuk pengapalan bulan Agustus dikarenakan adanya tingginya permintaan, terutama dari Negara India yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat persediaan di pabrik ban.
Selain itu, penurunan produksi dari kebun karet juga dipicu oleh hujan yang melanda beberapa negara produsen karet, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Meski terbilang masih jauh dari rata-rata normal saat masa kejayaan ekspor karet Sumut, Edy menyebut pemulihan kinerja ekspor karet Sumut ini menjadi kabar baik bagi petani maupun pengusaha karet.
Edy menyampaikan, sekitar satu dekade lalu rata-rata normal volume ekspor bulanan karet dari Sumatra Utara bisa berkisar 42 ribu ton, bahkan pernah mencapai 54 ribu ton pada April 2011.
Pada pengapalan Agustus 2024, Edy menyebut secara global terdapat 29 negara tujuan eskpor Karet Sumut dengan lima posisi teratas seperti Negara Jepang sebanyak 28,19 persen, Amerika Serikat 14,95 persen, India 7,26 persen, Brazil 7,16 persen dan Kanada 6,72 persen.
“Sedangkan porsi ekspor karet yang memenuhi standar EUDR untuk pengapalan Agustus sebesar 12,05 persen ke sembilan negara, yaitu: Prancis, Polandia, Spanyol, Rumania, Italia, Jerman, Belanda, Ceko, dan Yunani. Ekspor tersebut berupa karet remah (SIR/TSR) untuk bahan baku pembuatan ban,” jelas Edy.
Adapun harga karet SICOM-TSR20 rata-rata bulan Agustus sebesar 173,74 sen AS per kg, atau naik sebesar 10,27 sen dari rataan bulan Juli.
Edy mengatakan bahwa harga itu membaik sangat signifikan. Di bursa berjangka karet Singapura, harga closing SICOM-TSR20 pada Kamis (26/9/2024) telah mencapai 203 sen AS dari harga 191,6 sen AS dibanding harga Senin (23/9/2024) lalu.
Edy juga menyebut masih ada potensi terbatasnya pasokan bahan olah karet (BOKAR) di Sumut akibat curah hujan yang masih tinggi di kawasan ini.
“Saat ini kebun karet di wilayah Sumatra Utara terganggu produksinya karena sedang berada pada musim hujan. Diperkirakan pasokan bahan olah karet (BOKAR) bulan ini masih terbatas. Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja produksi pabrik pengolahan karet karena ketersediaan bahan baku yang berkurang," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah menjelaskan volume ekspor karet untuk pengapalan tersebut meningkat jika dibandingkan bulan Juli 2024 yang hanya sekitar 19.308 ton.
“Dibandingkan bulan Juli naik 16,65 persen menjadi 22.522 ton. Namun, dibandingkan tahun lalu, secara YoY (year-on-year), terjadi penurunan sebesar 7,78 persen dari 24.422 ton pada Agustus 2023," ujar Edy Irwansyah, di Medan, Senin.
Menurut dia, kenaikan volume ekspor untuk pengapalan bulan Agustus dikarenakan adanya tingginya permintaan, terutama dari Negara India yang diakibatkan oleh rendahnya tingkat persediaan di pabrik ban.
Selain itu, penurunan produksi dari kebun karet juga dipicu oleh hujan yang melanda beberapa negara produsen karet, seperti Indonesia, Thailand, dan Vietnam.
Meski terbilang masih jauh dari rata-rata normal saat masa kejayaan ekspor karet Sumut, Edy menyebut pemulihan kinerja ekspor karet Sumut ini menjadi kabar baik bagi petani maupun pengusaha karet.
Edy menyampaikan, sekitar satu dekade lalu rata-rata normal volume ekspor bulanan karet dari Sumatra Utara bisa berkisar 42 ribu ton, bahkan pernah mencapai 54 ribu ton pada April 2011.
Pada pengapalan Agustus 2024, Edy menyebut secara global terdapat 29 negara tujuan eskpor Karet Sumut dengan lima posisi teratas seperti Negara Jepang sebanyak 28,19 persen, Amerika Serikat 14,95 persen, India 7,26 persen, Brazil 7,16 persen dan Kanada 6,72 persen.
“Sedangkan porsi ekspor karet yang memenuhi standar EUDR untuk pengapalan Agustus sebesar 12,05 persen ke sembilan negara, yaitu: Prancis, Polandia, Spanyol, Rumania, Italia, Jerman, Belanda, Ceko, dan Yunani. Ekspor tersebut berupa karet remah (SIR/TSR) untuk bahan baku pembuatan ban,” jelas Edy.
Adapun harga karet SICOM-TSR20 rata-rata bulan Agustus sebesar 173,74 sen AS per kg, atau naik sebesar 10,27 sen dari rataan bulan Juli.
Edy mengatakan bahwa harga itu membaik sangat signifikan. Di bursa berjangka karet Singapura, harga closing SICOM-TSR20 pada Kamis (26/9/2024) telah mencapai 203 sen AS dari harga 191,6 sen AS dibanding harga Senin (23/9/2024) lalu.
Edy juga menyebut masih ada potensi terbatasnya pasokan bahan olah karet (BOKAR) di Sumut akibat curah hujan yang masih tinggi di kawasan ini.
“Saat ini kebun karet di wilayah Sumatra Utara terganggu produksinya karena sedang berada pada musim hujan. Diperkirakan pasokan bahan olah karet (BOKAR) bulan ini masih terbatas. Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja produksi pabrik pengolahan karet karena ketersediaan bahan baku yang berkurang," ujar dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024