Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Sumatera Utara melakukan antisipasi dini potensi bencana hidrometeorologi berdasarkan peringatan yang disampaikan Balai Besar Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Wilayah I.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda Dariyus M. Sinulingga, di Medan, Rabu mengatakan bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang terjadi karena iklim dan cuaca sehingga diperlukannya data dari BMKG
"Risiko bencana hidrometeorologi sudah dipetakan untuk masing-masing kabupaten/kota di wilayah ini. BPBD selalu mengkonfirmasi dari data dan informasi dari BMKG terkait iklim, karena bencana hidrometeorologi pemicu terjadinya adalah iklim dan cuaca," ujarnya.
Ia menjelaskan pihaknya menerima laporan hidrometeorologi dari BMKG sebanyak tiga kali dalam sehari untuk memperkuat antisipasi bencana tersebut.
"Jadi bencana-bencana tersebut sangat bergantung kepada laporan hidrometeorologi dari BMKG, Kami mendapat laporan tiga kali dalam sehari, pagi, siang, malam," katanya.
Menurutnya, bencana yang terjadi di Sumut didominasi bencana hidrometeorologi yang berada di angka 70-80 persen.
"Berdasarkan data yang ada 70 persen terjadi bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, lalu sisanya bencana geologi seperti, gempa, gerakan tanah dan erupsi gunung api," sebutnya.
Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk juga selalu memantau kondisi cuaca yang disampaikan dari BMKG guna meminimalisir korban dari dampak bencana tersebut.
"Penjabat Gubernur Sumatera Utara sudah mengeluarkan surat edara terkait peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi di wilayah ini," sebutnya.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I menyebutkan, sebanyak 43 kejadian bencana hidrometeorologi terjadi sepanjang tahun 2023.
"BBMKG Wilayah I menganalisis 43 kejadian bencana hidrometeorologi yang signifikan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, longsor, dan angin kencang, di mana bencana yang paling sering terjadi yaitu banjir pada bulan Oktober dan November," kata Koordinator Meteorologi BBMKG Wilayah I Ramos Lumban Tobing
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda Dariyus M. Sinulingga, di Medan, Rabu mengatakan bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang terjadi karena iklim dan cuaca sehingga diperlukannya data dari BMKG
"Risiko bencana hidrometeorologi sudah dipetakan untuk masing-masing kabupaten/kota di wilayah ini. BPBD selalu mengkonfirmasi dari data dan informasi dari BMKG terkait iklim, karena bencana hidrometeorologi pemicu terjadinya adalah iklim dan cuaca," ujarnya.
Ia menjelaskan pihaknya menerima laporan hidrometeorologi dari BMKG sebanyak tiga kali dalam sehari untuk memperkuat antisipasi bencana tersebut.
"Jadi bencana-bencana tersebut sangat bergantung kepada laporan hidrometeorologi dari BMKG, Kami mendapat laporan tiga kali dalam sehari, pagi, siang, malam," katanya.
Menurutnya, bencana yang terjadi di Sumut didominasi bencana hidrometeorologi yang berada di angka 70-80 persen.
"Berdasarkan data yang ada 70 persen terjadi bencana banjir, banjir bandang, tanah longsor, kebakaran hutan dan lahan, lalu sisanya bencana geologi seperti, gempa, gerakan tanah dan erupsi gunung api," sebutnya.
Untuk itu, pihaknya mengimbau masyarakat untuk juga selalu memantau kondisi cuaca yang disampaikan dari BMKG guna meminimalisir korban dari dampak bencana tersebut.
"Penjabat Gubernur Sumatera Utara sudah mengeluarkan surat edara terkait peringatan dini potensi bencana hidrometeorologi di wilayah ini," sebutnya.
Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) Wilayah I menyebutkan, sebanyak 43 kejadian bencana hidrometeorologi terjadi sepanjang tahun 2023.
"BBMKG Wilayah I menganalisis 43 kejadian bencana hidrometeorologi yang signifikan akibat cuaca ekstrem seperti banjir, longsor, dan angin kencang, di mana bencana yang paling sering terjadi yaitu banjir pada bulan Oktober dan November," kata Koordinator Meteorologi BBMKG Wilayah I Ramos Lumban Tobing
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024