Dinas Perindustrian, Perdagangan, Energi dan Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Sumatera Utara menyatakan bahwa naiknya harga telur pada beberapa minggu terakhir salah satunya terjadi karena timpangnya produksi dan permintaan.

"Setelah Ramadhan permintaan kembali normal tetapi sejak bulan puasa terjadi penurunan produksi," ujar Kepala Seksi Pengendalian Barang Pokok Harga dan Promosi (PBPHP) Disperindag ESDM Sumut Iskandar Zulkarnaen kepada ANTARA di Medan, Jumat.

Selain itu, Iskandar melanjutkan, ada pula pengaruh tingginya harga pakan yang membuat pengusaha ayam petelur menyesuaikan produksi.

Di tengah situasi demikian, ada pula program bantuan sosial untuk 1,4 juta Keluarga Risiko Stunting (KRS) sepanjang April hingga Juni 2023.

"Untuk itu, bantuan pada Mei sudah terdistribusi," tutur Iskandar.
 



Harga telur ayam di beberapa daerah termasuk Sumatera Utara melambung pada beberapa minggu terakhir.

Secara nasional, berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, harga rata-rata telur ayam pada Jumat (26/5) adalah Rp31.900 per kilogram atau tidak berubah dari hari sebelumnya.

Sementara di Sumatera Utara, pada hari yang sama, harga rata-rata telur ayam Rp30.950 per kilogram atau naik Rp100 dibandingkan Kamis (25/5).

Di tingkat pedagang eceran, harga telur ayam di Sumut berada di kisaran Rp1.800-Rp2.000 per butir.

Pengamat ekonomi Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Gunawan Benjamin berpendapat, harga telur ayam naik karena pasokannya tidak bertambah di tengah banyaknya permintaan.

Permintaan ini, menurut Gunawan, datang dari pemerintah yang menjalankan program bantuan stunting pada April-Juni 2023.

"Karena hanya tiga bulan, produsen mereka enggan menambah produksi. Namun, di sisi lain, pemerintah melakukan pembelian dalam jumlah besar," kata dia.

Pewarta: Michael Siahaan

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023