Sebuah instalasi pengolahan air yang akan memanfaatkan debit air Aek Butar sebesar 50 liter per detik dibangun di bagian hulu Sungai Aek Sigeaon di Dusun Tapian Nauli, Kelurahan Situmeang Habinsaran, Kecamatan Sipoholon, Kabupaten Tapanuli Utara, Jumat (27/1).

Bupati Tapanuli Utara Nikson Nababan didaulat untuk melakukan penyodokan material campuran semen dan pasir pada kegiatan "groundbreaking" pembangunan instalasi pengolahan air tersebut.

Hizkia Pasaribu, pejabat pembuat komitmen dari Balai Prasarana Pemukiman Wilayah Sumut mengungkapkan, bangunan instalasi merupakan bangunan pengolahan air untuk mengolah air baku sebagai lanjutan dari bangunan terdahulu yang dikerjakan pihak Balai Wilayah Sungai atas "intake" dan pipa transmisi air baku yang diambil dari sungai meski air tersebut belum layak untuk dikonsumsi. 

"Bangunan IPA yg dibangun, nantinya akan digunakan untuk mengolah air sungai menjadi air yang lebih layak untuk kebutuhan masyarakat," terangnya.

Selain pembangunan instalasi pengolahan air, kegiatan juga akan disertai dengan pembangunan pipa distribusi di Kecamatan Tarutung, Sipoholon, dan Siatasbarita. 

Dikatakan, proses pekerjaan akan  dilaksanakan sampai bulan September 2023, walau harapan pemerintah kabupaten mampu dirampungkan sebelum tenggat waktu yang ditentukan.

"Kegiatan ini nantinya akan mengganggu kegiatan masyarakat, untuk itu melalui acara groundbreaking ini pihak BPPW Sumut berharap kesabaran masyarakat atas gangguan yang timbul dalam kegiatan pembangunan ini," sebutnya.

Sehingga, pihaknya juga berharap akan dukungan dari Bupati Taput, jajaran OPD, Camat, dan Kepala desa serta masyarakat di Keamatan Tarutung, Sipoholon dan Siatasbarita demi terlaksananya proses pekerjaan dimaksud.

Terpisah, Direktur Perusahaan Daerah Air Minum Mual Natio Taput, Lamtagon Manalu menjelaskan, pembangunan instalasi pengolahan air itu akan memanfaatkan debit air Aek Butar sebesar 50 liter per detik.

Dimana, nantinya sebanyak 40 liter per detik akan digunakan untuk menutupi defisit yang dialami dalam pendistribusian bagi masyarakat, serta sisanya untuk cadangan.

"Krisis air telah terjadi di Kecamatan Tarutung, Sipoholon, dan Siatasbarita sejak 2014, dimana dari debit air sebanyak 16 sumber yang sebelumnya dikelola PDAM Mualnatio hanya ada 60 liter per detik untuk kebutuhan masyarakat dari kondisi terdahulu yang mampu menyediakan debit sekitar 81 liter per detik," jelasnya.

Kondisi tersebut dikarenakan akumulasi layanan utama PDAM atas sebanyak 8.079 SR, dengan kebutuhan debit air sekitar 60 liter per detik dari 16 sumber air untuk kebutuhan penduduk sebanyak 79.798 jiwa atau 18.546 KK.

"Dengan NRW sekitar 30 persen, maka termanfaatkan hanya sekitar 40 liter per detik, yang idealnya hanya mampu melayani 4.000 SR. Sehingga, selama ini, sebagian pendistribusian dilakukan dengan mobil tanki karena terdapat defisit air sekitar 40 liter per detik," ujarnya.

Sangat beruntung, peluang penambahan debit air kian nyata diawali pada 2021, saat BWSS-II telah selesai membangun air baku, baik itu intake, reservoar 2 unit, dan jaringan pipa transmisi untuk SPAM IKK Tarutung, Taput, meski air baku tersebut belum dapat dimanfaatkan.

Harapan kian terpatri pada 2022, dimana BPPW Sumut telah memulai pembangunan IPA dan jaringan pipa distribusi dengan sistem "multi years contract", dengan masa kontrak 19 September 2022- 14 September 2023.

"Mengingat saat ini, kondisi Taput, khususnya tiga kecamatan di atas mengalami krisis air, pembangunan IPA serta jaringan pipa distribusi ini merupakan wujud perjuangan panjang yang dilakukan oleh Bupati Taput, Nikson Nababan didukung oleh Anggota DPR RI Sukur H Nababan. Harapan kita, semuanya mampu diselesaikan pada Juni 2023," tukasnya.

Pewarta: Rinto Aritonang

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023