Setiap orangtua harus betul-betul memahami kecerdasan emosional anaknya sejak dini, kata Fithri Choirunnisa Siregar, M.Psi, seorang psikolog di Tapanuli Bagian Selatan.

"Berikan pendidikan kepada anak, bimbing mereka bahkan konseling ketika anak menghadapi masalah pribadi," katanya ketika bertemu dengan ANTARA, di Sipirok, Rabu (5/10).

Jika pola asuh pendidikan anak baik, kata dia, Insya Allah, pribadi anak akan tumbuh dewasa dengan bijaksana termasuk menghadapi setiap masalah pribadi ketika bergabung di dalam masyarakat luas.

"Tidak justru emosional (merasa menang kalah), tetapi anak yang tumbuh telah dididik dengan baik ia akan berusaha untuk sabar dan bijaksana ketika menghadapi masalah," katanya.

Setiap masalah yang dihadapi dengan sikap dan perilaku emosional (merasa menang dan kalah), pada umumnya akan cenderung menghasilkan kondisi yang kembali bermasalah juga.

"Begitu juga ketika menghadapi situasi yang membutuhkan sportivitas dan self control dalam bidang psikologi olahraga, kecerdasan emosi ini juga sangat penting bagi setiap individu yang terlibat dalam kondisi tersebut," tambahnya.

Menurut Dosen Psikologi Prodi Bimbingan Konseling Islam Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syahada Padang Sidempuan ini, sejak masa anak bahkan remaja yang cenderung labil dan emosional, kecerdasan ini sangat diperlukan ketika menghadapi situasi yang bermasalah.

"Memang, pendidikan karakter mulai tingkat Sekolah Dasar sampai Perguruan Tinggi sudah disusun secara maksimal, tetapi kembali lagi dalam setting pendidikan juga perlu bekerjasama dalam setting keluarga dan masyarakat," katanya.

Dia berpandangan selama ini yang terjadi, hanya dunia pendidikan saja yang berjuang mengajarkan pendidikan karakter terutama dalam kecerdasan emosi, sementara keluarga sebagai pendidik utama dan pertama belum banyak yang ideal dalam membentuk karakter anak agar punya sportivitas bahkan self control.

"Bahkan banyak remaja yang cenderung terabaikan sehingga mencari pelarian dalam pergaulan sebaya yang cenderung ke arah anarkis dan egosentris. oleh karena itu bukan hanya dunia pendidikan saja yang perlu berbenah, tetapi keluarga dan masyarakat juga perlu diberi pendidikan tentang kecerdasan emosi," tegasnya lagi.

Dalam menghadapi era globalisasi saat ini, lanjut dia, sangat dibutuhkan yang namanya kecerdasan emosi. 

Dikatakan, di dalam teori kecerdasan emosi oleh Goleman, kecerdasan emosi ini terdapat 5 aspek yaitu,1.pemahaman emosi diri sendiri.,2.Pengelolaan emosi diri sendiri dan orang lain.,3.Empati.,4. Motivasi.,dan 5.Keterampilan Sosial. 

"Jika individu terampil dalam menguasai 5 aspek tersebut, secara sosial ia akan dapat beradaptasi dan menyelesaikan setiap masalahnya dengan baik," katanya.

Begitu juga ketika menghadapi situasi yang membutuhkan sportivitas dan self control dalam bidang psikologi olahraga, kecerdasan emosi ini juga sangat penting bagi setiap individu yang terlibat dalam kondisi tersebut.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan menumbuhkembangkan kecerdasan anak (siswa)/pelajar bisa meningkat yakni sosialisasi kecerdasan emosi pada keluarga, pendidikan dan masyarakat, melalui seminar bahkan workshop kecerdasan emosi, proses berkelanjutan dalam layanan bimbingan dan konseling tentang kelima aspek ini agar mendasar keterampilan nya, terkhusus bagi anak remaja yang berada dalam setting keluarga dan pendidikan. 

Langkah selanjutnya  layanan bimbingan dan konseling perlu di sebar, agar ketika muncul konflik, ada upaya preventif dan kuratif dari pihak yang berkompeten. Langkah berikutnya, perlunya manajemen dalam pelayanan bimbingan dan konseling, agar ketika diperlukan alih tangan, sesuai dengan kode etik yang berlaku.
 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022