Para siswa di Sekolah Dasar Negeri (SDN) nomor 235 Patahajang, Kecamatan Ulu Pungkut sejak tahun 2018 hingga sekarang masih belajar menumpang di sebuah madrasah milik desa yang ada di desa itu.
Atas kondisi itu, anggota DPRD Mandailing Natal (Madina) dari partai Demokrat, Rahmat Risky Daulay mendesak kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan agar memperhatikan kondisi sekolah itu.
Pernyataan tersebut disampaikan Risky yang juga merupakan putra kelahiran Kotanopan itu kepada ANTARA, Minggu (18/9).
"Saya meminta dan mendesak kepada Dinas Pendidikan agar secepatnya membangun sekolah itu, karena sudah cukup lama proses belajar mengajar di sekolah siswa di sekolah tidak nyaman karena disebabkan oleh gedung sekolah yang tidak ada," ujarnya.
Dikatakannya, para siswa saat ini harus rela belajar dalam ruangan yang sempit dalam dua ruangan dibagi menjadi lima kelas sedangkan, satu kelas lagi kondisinya juga sangat memprihatinkan.
"Dengan kondisi ini, saya menyayangkan belum adanya perhatian pemerintah untuk membangun sekolah tersebut. Padahal, kondisi ini sudah berlangsung selama empat tahun," ungkapnya.
Peristiwa banjir bandang pada Jumat (12/10/2018) yang lalu yang membuat sekolah itu mengalami kerusakan berat.
Pada peristiwa itu selain menghanyutkan 12 siswa madrasah sejumlah fasilitas umum seperti Polindes, madrasah, masjid, gedung SD dan gedung PKK juga mengalami rusak berat.
Kata Risky, pihak desa pada tahun 2019 yang lalu juga sudah menghibahkan tanah untuk pendirian sekolah baru, namun hingga saat ini belum ada terlihat gedung sekolah di lahan yang dihibahkan tersebut.
Ia pun katanya sudah menyampaikan kondisi ini kepada Dinas Pendidikan Madina.
"Kondisi ini sebelumnya juga sudah saya sampaikan kepada Kadis Pendidikan dan sekretaris agar sekolah tersebut dapat dibangun dengan segera," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Atas kondisi itu, anggota DPRD Mandailing Natal (Madina) dari partai Demokrat, Rahmat Risky Daulay mendesak kepada pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan agar memperhatikan kondisi sekolah itu.
Pernyataan tersebut disampaikan Risky yang juga merupakan putra kelahiran Kotanopan itu kepada ANTARA, Minggu (18/9).
"Saya meminta dan mendesak kepada Dinas Pendidikan agar secepatnya membangun sekolah itu, karena sudah cukup lama proses belajar mengajar di sekolah siswa di sekolah tidak nyaman karena disebabkan oleh gedung sekolah yang tidak ada," ujarnya.
Dikatakannya, para siswa saat ini harus rela belajar dalam ruangan yang sempit dalam dua ruangan dibagi menjadi lima kelas sedangkan, satu kelas lagi kondisinya juga sangat memprihatinkan.
"Dengan kondisi ini, saya menyayangkan belum adanya perhatian pemerintah untuk membangun sekolah tersebut. Padahal, kondisi ini sudah berlangsung selama empat tahun," ungkapnya.
Peristiwa banjir bandang pada Jumat (12/10/2018) yang lalu yang membuat sekolah itu mengalami kerusakan berat.
Pada peristiwa itu selain menghanyutkan 12 siswa madrasah sejumlah fasilitas umum seperti Polindes, madrasah, masjid, gedung SD dan gedung PKK juga mengalami rusak berat.
Kata Risky, pihak desa pada tahun 2019 yang lalu juga sudah menghibahkan tanah untuk pendirian sekolah baru, namun hingga saat ini belum ada terlihat gedung sekolah di lahan yang dihibahkan tersebut.
Ia pun katanya sudah menyampaikan kondisi ini kepada Dinas Pendidikan Madina.
"Kondisi ini sebelumnya juga sudah saya sampaikan kepada Kadis Pendidikan dan sekretaris agar sekolah tersebut dapat dibangun dengan segera," ungkapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022