Kelompok tani di Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel) dapat dipastikan mengalami kerugian besar hingga miliar-an rupiah dampak jebol nya irigasi sekunder Paya Sordang di wilayah itu.
Betapa tidak, dampak jebolnya irigasi lebih kurang 13 meter di titik BPS 11 dan 12 Desa Tahalak Ujung Gading, Batang Angkola itu seluas 800 hektare (ha) luas areal persawahan mengalami kekeringan.
"Hasil rapat di BPP Huta Holbung dengan seluruh pemangku kepentingan disepakati musim tanam Maret - April ditunda hingga pertengahan Juni 2022 mendatang," Jamal, Koordinator BPP Batang Angkola kepada ANTARA, Jumat (1/4).
Alasan menunda musim tanam karena anggaran untuk perbaikan irigasi jebol akibat terjadinya erosi beberapa minggu lalu itu belum tidak ada, dan diperkirakan baru akan diperbaiki pada Juni 2022.
Dampak kerugian petani, kata Jamal cukup terasa. Disamping ekonomi lesu dampak COVID-19, kebutuhan juga semakin meningkat menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri. Sementara harapan dari hasil pertanian pupus.
Menurut dia pada waktu normal potensi 800 ha sawah sejumlah desa mulai Desa Tahalak Ujung Gading hingga Benteng Huraba dalam per hektare petani bisa memanen 6 ton- 6,5 ton gabah kering panen (GKP).
"Hitung saja rata-rata hasil panen 6 ton per ha kali luas lahan 800 ha total ada 4.800 ton satu musim tanam (100 hari) yang bilamana hasil GKP dijual seharga Rp4 ribu atau lebih harga sekarang maka petani kehilangan mata pencarian berkisar Rp19.200.000.000,-," katanya.
Seluruh petugas perkumpulan petani pemakai air Batang Angkola (P3A) yang ikut rapat, kata Jamal, terus mensosialisasikan penundaan musim tanam ke lebih kurang 60 kelompok (per kelompok beranggotakan (15-20-25 orang) di sejumlah desa terdampak kekeringan.
Menurut Jamal lebih jauh bahwa para puluhan kelompok tani binaannya hanya bisa pasrah dan kekuatan doa mengharap datangnya hujan, serta berencana mengalihkan ke tanaman jagung manis sepanjang air daerah irigasi yang jebol berjalan normal.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Betapa tidak, dampak jebolnya irigasi lebih kurang 13 meter di titik BPS 11 dan 12 Desa Tahalak Ujung Gading, Batang Angkola itu seluas 800 hektare (ha) luas areal persawahan mengalami kekeringan.
"Hasil rapat di BPP Huta Holbung dengan seluruh pemangku kepentingan disepakati musim tanam Maret - April ditunda hingga pertengahan Juni 2022 mendatang," Jamal, Koordinator BPP Batang Angkola kepada ANTARA, Jumat (1/4).
Alasan menunda musim tanam karena anggaran untuk perbaikan irigasi jebol akibat terjadinya erosi beberapa minggu lalu itu belum tidak ada, dan diperkirakan baru akan diperbaiki pada Juni 2022.
Dampak kerugian petani, kata Jamal cukup terasa. Disamping ekonomi lesu dampak COVID-19, kebutuhan juga semakin meningkat menghadapi bulan puasa dan Idul Fitri. Sementara harapan dari hasil pertanian pupus.
Menurut dia pada waktu normal potensi 800 ha sawah sejumlah desa mulai Desa Tahalak Ujung Gading hingga Benteng Huraba dalam per hektare petani bisa memanen 6 ton- 6,5 ton gabah kering panen (GKP).
"Hitung saja rata-rata hasil panen 6 ton per ha kali luas lahan 800 ha total ada 4.800 ton satu musim tanam (100 hari) yang bilamana hasil GKP dijual seharga Rp4 ribu atau lebih harga sekarang maka petani kehilangan mata pencarian berkisar Rp19.200.000.000,-," katanya.
Seluruh petugas perkumpulan petani pemakai air Batang Angkola (P3A) yang ikut rapat, kata Jamal, terus mensosialisasikan penundaan musim tanam ke lebih kurang 60 kelompok (per kelompok beranggotakan (15-20-25 orang) di sejumlah desa terdampak kekeringan.
Menurut Jamal lebih jauh bahwa para puluhan kelompok tani binaannya hanya bisa pasrah dan kekuatan doa mengharap datangnya hujan, serta berencana mengalihkan ke tanaman jagung manis sepanjang air daerah irigasi yang jebol berjalan normal.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022