Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan sebanyak 128 kasus varian baru COVID-19 jenis Omicron (B 11529) dipastikan muncul di sembilan negara.
"Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan selalu berbasis data. Jadi kita lihat kasus konfirmasi positif itu (Omicron) di sembilan negara, 128 kasus," kata Budi Gunadi Sadikin saat menggelar konferensi pers virtual melalui aplikasi Zoom yang diikuti dari Jakarta, Ahad malam.
Budi mengatakan kasus Omicron diduga juga muncul di empat negara lain yang saat ini masih dalam penelitian yang melibatkan pakar virologi. "Masih mungkin ada empat negara lainnya. Total ada 13 negara, sembilan sudah pasti ada, empat negara masih kemungkinan ada," katanya.
Baca juga: Hal yang perlu diketahui tentang sunat, metode dan kontrol setelahnya
Budi mengimbau kepada seluruh pihak untuk tidak perlu panik terhadap kabar kemunculan Omicron. "Jadi jangan terlalu panik terburu-buru dan mengambil kebijakan yang tidak berbasis data," katanya.
Negara yang dimaksud di antaranya Afrika Selatan, Botswana, Inggris, Hongkong, Australia, Italia, Israel, Belgia, Republik Ceko, Belanda, Jerman, Denmark dan Austria.
"Negara paling banyak (mendeteksi Omicron) itu di Afrika Selatan, Botswana, Inggris, Hongkong dan Australia," katanya.
Budi mengatakan sejumlah negara yang paling berisiko mengantar importasi kasus Omicron ke Indonesia di antaranya Hongkong, Itali, Inggris dan Afrika Selatan sebab paling banyak memiliki jadwal penerbangan menuju Indonesia.
"Untuk negara-negara yang kemungkinan ada (kasus terkonfirmasi Omicron) paling besar dari Belanda, Jerman," katanya.
Ia mengatakan kemampuan jaringan laboratorium di dunia sudah mampu untuk melihat penyebaran varian baru di dunia sehingga dapat mengidentifikasi serta merespons kebijakan dengan cepat.
Kebijakan pengetatan bagi pelaku perjalanan internasional juga dilakukan Indonesia pada daerah yang berbatasan dengan pelabuhan, bandar udara dan jalur darat.
"Karena pengalaman kita di Delta justru masuknya dari laut, kita jaga di sana. Kita akan pastikan semua kantor karantina pelabuhan, udara, laut dan darat bekerja dengan keras," katanya.
Khusus bagi pelaku perjalanan internasional yang terkonfirmasi positif COVID-19, kata Budi, harus dilakukan tes whole genome sequencing (WGS). "Sehingga kita tahu apakah ada varian baru atau tidak," katanya.
Budi memastikan hingga saat ini varian baru Omicron belum muncul di Indonesia, namun seluruh pihak terkait telah diarahkan untuk mengamati secara optimal varian Omicron.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"Pemerintah Indonesia mengambil kebijakan selalu berbasis data. Jadi kita lihat kasus konfirmasi positif itu (Omicron) di sembilan negara, 128 kasus," kata Budi Gunadi Sadikin saat menggelar konferensi pers virtual melalui aplikasi Zoom yang diikuti dari Jakarta, Ahad malam.
Budi mengatakan kasus Omicron diduga juga muncul di empat negara lain yang saat ini masih dalam penelitian yang melibatkan pakar virologi. "Masih mungkin ada empat negara lainnya. Total ada 13 negara, sembilan sudah pasti ada, empat negara masih kemungkinan ada," katanya.
Baca juga: Hal yang perlu diketahui tentang sunat, metode dan kontrol setelahnya
Budi mengimbau kepada seluruh pihak untuk tidak perlu panik terhadap kabar kemunculan Omicron. "Jadi jangan terlalu panik terburu-buru dan mengambil kebijakan yang tidak berbasis data," katanya.
Negara yang dimaksud di antaranya Afrika Selatan, Botswana, Inggris, Hongkong, Australia, Italia, Israel, Belgia, Republik Ceko, Belanda, Jerman, Denmark dan Austria.
"Negara paling banyak (mendeteksi Omicron) itu di Afrika Selatan, Botswana, Inggris, Hongkong dan Australia," katanya.
Budi mengatakan sejumlah negara yang paling berisiko mengantar importasi kasus Omicron ke Indonesia di antaranya Hongkong, Itali, Inggris dan Afrika Selatan sebab paling banyak memiliki jadwal penerbangan menuju Indonesia.
"Untuk negara-negara yang kemungkinan ada (kasus terkonfirmasi Omicron) paling besar dari Belanda, Jerman," katanya.
Ia mengatakan kemampuan jaringan laboratorium di dunia sudah mampu untuk melihat penyebaran varian baru di dunia sehingga dapat mengidentifikasi serta merespons kebijakan dengan cepat.
Kebijakan pengetatan bagi pelaku perjalanan internasional juga dilakukan Indonesia pada daerah yang berbatasan dengan pelabuhan, bandar udara dan jalur darat.
"Karena pengalaman kita di Delta justru masuknya dari laut, kita jaga di sana. Kita akan pastikan semua kantor karantina pelabuhan, udara, laut dan darat bekerja dengan keras," katanya.
Khusus bagi pelaku perjalanan internasional yang terkonfirmasi positif COVID-19, kata Budi, harus dilakukan tes whole genome sequencing (WGS). "Sehingga kita tahu apakah ada varian baru atau tidak," katanya.
Budi memastikan hingga saat ini varian baru Omicron belum muncul di Indonesia, namun seluruh pihak terkait telah diarahkan untuk mengamati secara optimal varian Omicron.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021