Hari Keluarga Nasional yang jatuh pada tanggal 29 Juni, memperingati hari keluarga mengajak kita kembali menyadari peran keluarga yang amat penting.

Salah satu peran penting keluarga adalah sebagai pelindung bagi anggota keluarga, dimana di dalam keluarga kita memperoleh suasana yang tenteram (Soekanto, 2004).

Artinya keluarga (dalam hal ini orang tua) harus mampu melindungi anggota keluarga (anak-anak) agar mereka merasa tenteram. Apalagi di era pandemi COVID-19 ini, keluarga selayaknya melindungi anak dari serangan virus yang mematikan tersebut.

Perlindungan keluarga bukan saja berkaitan dengan masalah kesehatan, karena banyak masalah lain yang dapat membahayakan diri anak. Misalnya, media
khususnya televisi dan internet. Mengapa bisa demikian?

Selintas kita merasakan bahwa media televisi dan internet justru punya manfaat besar dalam memasok informasi yang kita perlukan. Utamanya informasi terkait COVID-19, bagaimana cara menjaga kebersihan dan kesehatan, cara menjaga dan meningkatkan kekebalan tubuh, dan lain sebagainya.

Dimana letak bahayanya? Apalagi pada diri anak, justru orang tua terbantu dan tidak repot. Media menjadi penyelamat, anak tidak rewel dan orang tua bisa bekerja dengan santai.

Pernyataan media sebagai penyelamat di era pandemi COVID-19 perlu dikritisi dan tidak sepenuhnya benar. Apalagi jika kita memandang dari sudut pandang literasi media yaitu kecerdasan dalam menggunakan, memahami, menganalisa dan mengemas pesan media.

Kemampuan literasi media akan memberi bekal kemampuan dalam menggunakan, menganalisa pesan, memilih muatan, dan mengemas pesan dengan baik. Hal ini karena banyak muatan tidak mendidik, seperti kekerasan, mistik, seksualitas, konsumerisme, dan lain sebagainya.

Hasil amatan terhadap film kartun anak seperti Dragon Ball, Naruto, Tom and Jerry, menunjukkan banyak muatan kekerasannya.

Fenomena penggunaan media di masa pandemi memperlihatkan adanya peningkatan (Mazdalifah, 2020). Selain untuk belajar online, anak-anak memanfaatkannya untuk hiburan, menonton aneka muatan yang disajikan.

Dalam perspektif literasi media, keluarga (ayah & ibu) harus melindungi anaknya dari serbuan muatan tidak mendidik. Biasanya orang tua banyak tidak menyadari adanya muatan tidak mendidik tersebut.

Orang tua merasa aman dan senang melihat anaknya duduk, diam sambil mengakses internet melalui
smartphone. Gambaran seperti inilah banyak ditemui pada keluarga di masa pandemi COVID-19.

Apa yang bisa dilakukan keluarga menyikapi hal ini? Menjauhkan anak dari media sungguh hal yang tak mungkin. Menyerahkan sepenuhnya media kepada anak-anak juga bukan pilihan bijaksana.

Di era COVID'19 ini keluarga mengalami tantangan besar, dalam mengatur interaksi anak dengan media. Bahwa media punya sisi baik kita setuju, namun media juga punya sisi buruk. Orang tua sebagai pemegang otoritas keluarga harus paham persoalan ini.

Beberapa hal sederhana bisa dilakukan, yaitu mengatur penggunaan media (durasi dan waktu), meningkatkan pemahaman (sumber, isi muatan), melakukan pemilihan isi media (pilih muatan mendidik), dan mempelajari ketrampilan dalam mengemas pesan (membuat tayangan youtube yang menghibur dan bermanfaat).

Kita berharap di masa pandemi COVID-19 keluarga dapat melakukan hal di atas, sehingga anak mendapat manfaat atas kehadiran media, sekaligus terlindungi dari pengaruh buruk media.

Selamat Hari Keluarga 29 Juni 2020. Sayangi keluarga. Salam Literasi Media.

*) Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Pewarta: Mazdalifah Ph.D *)

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020