Bank Indonesia menilai Sumatera Utara perlu dana tambahan sekitar Rp2,9 triliun pada triwulan III untuk bisa mempertahankan pertumbuhan ekonomi daerah itu sebesar tiga persen pada 2020 secara year on year (YoY).
"Dana tambahan untuk di triwulan III itu lebih besar dari untuk di triwulan II sebesar Rp2, 1 triliun karena dampak pandemi COVID-19 lebih dirasakan pada triwulan III, " ujar Kepala BI Kantor Perwakilan Sumut, Wiwiek Sisto Widayat di Medan, Kamis.
Menurut Wiwiek, dari ketersediaan anggaran yang dapat dialokasikan Pemerintah Provinsi Sumut, daerah itu masih membutuhkan Rp2,3 – Rp3,5 triliun untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Baca juga: BI sebut kredit perbankan di Sumut sudah melambat sejak April
"Jadi dana Pemprov Sumut yang tersedia harusnya tidak terbatas digunakan untuk bantuan sosial, namun juga digunakan untuk menopang roda perekonomian," katanya.
Dana itu digunakan untuk mendorong sektor – sektor padat karya seperti industri tekstil, industri barang dari kayu, penyediaan makan minum perdagangan, jasa, transportasi, dan industri pengolahan.
Apalagi sektor - sektor itu yang paling terdampak COVID-19 sehingga banyak tenaga kerjanya yang diberhentikan, dirumahkan atau dikurangi jam kerjanya.
Wiwiek menyebutkan, dalam skenario mild, meluasnya dampak COVID-19 diprakirakan mendorong perlambatan perekonomian Sumut menjadi berada di kisaran 4,3 - 4,7 persen (YoY) atau melambat 0,8 persen dari baseline dalam skenario sedang.
Dengan perkembangan terkini, dimana pertumbuhan dunia diperkirakan tumbuh 0,9 persen, perekonomian Sumut dalam skenario berat, berpotensi melambat lebih dalam pada kisaran 2,2 – 2,6 persen.
Bahkan dalam kondisi sangat berat, ekonomi Sumut dapat turun hingga 1,2 – 1,6 persen.
"Jadi memang perlu langkah konkrit agar pertumbuhan ekonomi tidak terpuruk khususnya dalam kondisi sangat berat yang bisa hanya 1,2 -1, 6 persen, " katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020