Wali Kota Binjai Muhammad Idaham optimistis ekonomi daerahnya tidak hanya sekedar bertahan, namun akan mampu tumbuh di era new normal. Soalnya meski kegiatan perekonomian menurun imbas pandemi COVID-19, kabar baiknya ada juga perbankan yang mencatat peningkatan jumlah penabung.
Hal itu disampaikannya saat diskusi daring dengan pimpinan lembaga keuangan yang ada di Binjai, Minggu.
"Kita punya potensi untuk new normal, tinggal kita buat program yang tepat," katanya.
Diskusi daring juga menghadirkan Wakil Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumut Ibrahim dan pengamat ekonomi Universitas Sumatera Utara Syafrizal Helmi.
Idaham menekankan ada tiga jaring pengaman yang harus disiapkan di era new normal yaitu jaring pengaman sosial, kesehatan dan ekonomi.
Salah satu terobosan yang sedang dikerjakan adalah aplikasi Pajak Binjai (Pakjai), suatu marketplace baru yang diharapkan membantu agar kegiatan perekonomian tetap berjalan, namun tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Idaham berharap diskusi ini bisa memotret kondisi ekonomi dan keuangan Kota Binjai saat ini dimana berdasarkan masukan tersebut akan disusun kebijakan yang tepat bagi daerah itu di era new normal.
Dalam diskusi tersebut, kalangan perbankan menyampaikan terjadinya penurunan transaksi dan meningkatnya jumlah nasabah yang minta restrukturisasi kredit.
Baca juga: Kota Binjai siap menjadi "pilot project" Perpres 64/2020
Adapun sektor usaha paling banyak terdampak pandemi COVID-19 utamanya adalah UMKM yang bergerak di bidang kerajinan, makanan dan jasa angkutan, sedangkan pegadaian juga mencatat peningkatan kredit macet.
"Kredit mikro macet, tapi gadai emas meningkat", kata pimpinan Pegadaian Binjai.
Wakil Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumut Ibrahim mengatakan kondisi perbankan secara umum saat ini lebih kuat dibanding saat krisis tahun 98.
Baca juga: DPRD Binjai apresiasi semua pihak memutus mata rantai COVID-19
Tapi tetap harus waspada karena telah terjadi penurunan kredit modal kerja dan investasi. "Ini beda dengan tahun 98 dimana UMKM justru jadi bumper, sekarang UMKM terdampak karena kendala social distancing," ujarnya.
Ditambahkannya nasabah harus mengajukan restrukturisasi kredit di Binjai jumlahnya juga cukup besar yaitu 28,1 persen.
Ibrahim juga menyampaikan apresiasi kepada Wali Kota Binjai yang telah mengadakan diskusi daring dengan para pemangku kebijakan sehingga pemerintah kota bisa mengambil kebijakan lebih tepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Hal itu disampaikannya saat diskusi daring dengan pimpinan lembaga keuangan yang ada di Binjai, Minggu.
"Kita punya potensi untuk new normal, tinggal kita buat program yang tepat," katanya.
Diskusi daring juga menghadirkan Wakil Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumut Ibrahim dan pengamat ekonomi Universitas Sumatera Utara Syafrizal Helmi.
Idaham menekankan ada tiga jaring pengaman yang harus disiapkan di era new normal yaitu jaring pengaman sosial, kesehatan dan ekonomi.
Salah satu terobosan yang sedang dikerjakan adalah aplikasi Pajak Binjai (Pakjai), suatu marketplace baru yang diharapkan membantu agar kegiatan perekonomian tetap berjalan, namun tetap memperhatikan protokol kesehatan.
Idaham berharap diskusi ini bisa memotret kondisi ekonomi dan keuangan Kota Binjai saat ini dimana berdasarkan masukan tersebut akan disusun kebijakan yang tepat bagi daerah itu di era new normal.
Dalam diskusi tersebut, kalangan perbankan menyampaikan terjadinya penurunan transaksi dan meningkatnya jumlah nasabah yang minta restrukturisasi kredit.
Baca juga: Kota Binjai siap menjadi "pilot project" Perpres 64/2020
Adapun sektor usaha paling banyak terdampak pandemi COVID-19 utamanya adalah UMKM yang bergerak di bidang kerajinan, makanan dan jasa angkutan, sedangkan pegadaian juga mencatat peningkatan kredit macet.
"Kredit mikro macet, tapi gadai emas meningkat", kata pimpinan Pegadaian Binjai.
Wakil Kepala Kantor Bank Indonesia Wilayah Sumut Ibrahim mengatakan kondisi perbankan secara umum saat ini lebih kuat dibanding saat krisis tahun 98.
Baca juga: DPRD Binjai apresiasi semua pihak memutus mata rantai COVID-19
Tapi tetap harus waspada karena telah terjadi penurunan kredit modal kerja dan investasi. "Ini beda dengan tahun 98 dimana UMKM justru jadi bumper, sekarang UMKM terdampak karena kendala social distancing," ujarnya.
Ditambahkannya nasabah harus mengajukan restrukturisasi kredit di Binjai jumlahnya juga cukup besar yaitu 28,1 persen.
Ibrahim juga menyampaikan apresiasi kepada Wali Kota Binjai yang telah mengadakan diskusi daring dengan para pemangku kebijakan sehingga pemerintah kota bisa mengambil kebijakan lebih tepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020