Bupati Deliserdang, Sumatera Utara, Ashari Tambunan mengajak masyarakat untuk tetap gemar makan ikan karena nutrisi yang terkandung dalam ikan sangat baik untuk kesehatan dan pertumbuhan bagi anak.
Hal itu ia sampaikan, Selasa, terkait bangkai babi yang mati terkena virus hog kholera dan dibuang oleh pihak yang tidak bertanggungjawab ke sungai dan diduga hanyut sampai ke laut.
Menyikapi hal itu, bupati juga melakukan kunjungan ke Desa Percut untuk makan siang bersama masyarakat dengan menu utama ikan.
Ia mengatakan kehadirannya di Desa Percut yang nerupakan desa nelayan, untuk menunjukkan rasa peduli dan keprihatinan kepada nelayan, khususnya nelayan di Percut Sei Tuan yang selama beberapa waktu belakangan ini terkena dampak dari adanya berita-berita yang tidak benar.
Dimana disebutkan bahwa ikan-ikan sudah terdampak akibat bangkai babi yang dibuang ke sungai.
Untuk itu bupati sengaja makan siang bersama untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa makan ikan adalah sehat dan tidak bermasalah sama sekali.
"Saya berharap kiranya masyarakat akan mendapatkan keterangan yang benar tentang duduk persoalan yang sebenarnya yang pada akhirnya menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan makan ikan di Percut Sei Tuan dan bahkan di seluruh wilayah DeliSerdang," katanya.
Ia sudah mendapat kejelasan dari pihak terkait bahwa ikan-ikan yang ditangkap di tengah laut sama sekali tidak terkontaminasi dengan bangkai-bangkai babi yang memang beberapa waktu yang lalu sempat ditemukan di sejumlah sungai.
"Saya memastikan dan berdasarkan keterangan yang saya peroleh, sekali lagi ikan-ikan yang ditangkap di tengah laut yang dipenjual belikan di tengah-tengah masyarakat sama sekali tidak terkontaminasi. Mudahan-mudahan apa yang kami lakukan ini dapat menepis semua berita yang tidak benar itu," katanya.
Sementara Ketua MUI Deliserdang Mujahiduddin mengatakan ikan laut itu hukum asalnya halal dan tidak ada dalil bahwa hukum ikan di laut haram.
"Kita tidak boleh merubah hukum Allah. Penjelasan kesehatan dari dokter ahli peternakan bahwa ikan tetap menjadi makanan yang sehat dan mencerdaskan bagi kita semua," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Hal itu ia sampaikan, Selasa, terkait bangkai babi yang mati terkena virus hog kholera dan dibuang oleh pihak yang tidak bertanggungjawab ke sungai dan diduga hanyut sampai ke laut.
Menyikapi hal itu, bupati juga melakukan kunjungan ke Desa Percut untuk makan siang bersama masyarakat dengan menu utama ikan.
Ia mengatakan kehadirannya di Desa Percut yang nerupakan desa nelayan, untuk menunjukkan rasa peduli dan keprihatinan kepada nelayan, khususnya nelayan di Percut Sei Tuan yang selama beberapa waktu belakangan ini terkena dampak dari adanya berita-berita yang tidak benar.
Dimana disebutkan bahwa ikan-ikan sudah terdampak akibat bangkai babi yang dibuang ke sungai.
Untuk itu bupati sengaja makan siang bersama untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa makan ikan adalah sehat dan tidak bermasalah sama sekali.
"Saya berharap kiranya masyarakat akan mendapatkan keterangan yang benar tentang duduk persoalan yang sebenarnya yang pada akhirnya menunjukkan bahwa tidak ada masalah dengan makan ikan di Percut Sei Tuan dan bahkan di seluruh wilayah DeliSerdang," katanya.
Ia sudah mendapat kejelasan dari pihak terkait bahwa ikan-ikan yang ditangkap di tengah laut sama sekali tidak terkontaminasi dengan bangkai-bangkai babi yang memang beberapa waktu yang lalu sempat ditemukan di sejumlah sungai.
"Saya memastikan dan berdasarkan keterangan yang saya peroleh, sekali lagi ikan-ikan yang ditangkap di tengah laut yang dipenjual belikan di tengah-tengah masyarakat sama sekali tidak terkontaminasi. Mudahan-mudahan apa yang kami lakukan ini dapat menepis semua berita yang tidak benar itu," katanya.
Sementara Ketua MUI Deliserdang Mujahiduddin mengatakan ikan laut itu hukum asalnya halal dan tidak ada dalil bahwa hukum ikan di laut haram.
"Kita tidak boleh merubah hukum Allah. Penjelasan kesehatan dari dokter ahli peternakan bahwa ikan tetap menjadi makanan yang sehat dan mencerdaskan bagi kita semua," katanya.
Editor : Riza Mulyadi
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019