Guru besar bidang Arkeologi Universitas Andalas (Unand) Padang Prof Herwandi telah menciptakan dan mematenkan 42 motif batik khas Minangkabau kepada Kementerian Hukum dan HAM RI.
"Merespon kelangkaan motif dan usaha merevitalisasi pola hias tradisional saya menciptakan pola hias dan motif batik baru," kata Herwandi di Padang, Senin saat pengukuhan sebagai guru besar.
Menurutnya motif yang diciptakan semuanya mempertahankan dan setia dengan filosofi adat dan seni Minangkabau.
Ia menemukan jumlah perajin batik di Sumbar tak lebih dari 120 orang, kemampuannya pun tidak merata, yang mampu mengerjakan dari awal sampai tuntas hanya bisa dihitung dengan jari.
"Akibatnya, motif batik yang dihasilkan menjadi sedikit sehingga salah satu keluhan perajin adalah penciptaan motif baru yang mampu bersaing dan diminati pasar," ujarnya.
Herwandi menyampaikan dari 42 motif batik yang diciptakan tujuh diantaranya sudah dihilirisasi dan produksi masal.
Salah satunya motif menhir pucuk pakis diambil dari bentuk dan hiasan yang dijumpai pada menhir di Kabupaten Limapuluh Kota berbentuk pucuk pakis.
Kemudian motif garundang mandi yang menggambarkan secara abstrak sekelompok garundang atau kecebong yang hidup berkelompok dan mandi dalam kolam air.
Motif ini memiliki makna dalam berhubungan dengan masyarakat egaliter, kompak dan menjaga kebersamaan namun dengan nikmat dan berkecukupan, ujarnya.
Selanjutnya motif kabek daun kacang yang merupakan penggambaran abstrak dari daun kacang yang disusun dan diikat rapi dengan indah.
Menurutnya nilai filosofi kabek daun kacang adalah merefleksikan masyarakat yang sederhana, rapi, disiplin, dan penuh keindahan yang menyejukkan sebagai gambaran dari masyarakat perdesaan Minangkabau.
Lalu motif ayam balatiang yang merupakan penggambaran abstrak dua ekor ayam yang sedang berkelahi dengan makna filosofi kehidupan yang penuh persaingan sehingga yang kuat dan pintar akan memenangkannya.
Berikutnya motif ayam jantan yaitu penggambaran abstrak seekor ayam jantan dengan makan simbol kepemimpinan dalam keluarga.
Kemudian motif layang-layang yang merupakan penggambaran abstrak permainan rakyat layang-layang dengan filosofi sebesar apapun badai dalam hidup harus mampu mengelolanya dengan arif.
Lalu motif sakilek ikan dalam aie yang merupakan dedaunan yang destilir dengan makna kearifan lokal orang Minang dalam kehidupan.
Selanjutnya motif tirai bungo paga berupa dedaunan yang merepresentasikan bunga berbentuk tirai bergelantungan indah di pagar dan memperindahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Merespon kelangkaan motif dan usaha merevitalisasi pola hias tradisional saya menciptakan pola hias dan motif batik baru," kata Herwandi di Padang, Senin saat pengukuhan sebagai guru besar.
Menurutnya motif yang diciptakan semuanya mempertahankan dan setia dengan filosofi adat dan seni Minangkabau.
Ia menemukan jumlah perajin batik di Sumbar tak lebih dari 120 orang, kemampuannya pun tidak merata, yang mampu mengerjakan dari awal sampai tuntas hanya bisa dihitung dengan jari.
"Akibatnya, motif batik yang dihasilkan menjadi sedikit sehingga salah satu keluhan perajin adalah penciptaan motif baru yang mampu bersaing dan diminati pasar," ujarnya.
Herwandi menyampaikan dari 42 motif batik yang diciptakan tujuh diantaranya sudah dihilirisasi dan produksi masal.
Salah satunya motif menhir pucuk pakis diambil dari bentuk dan hiasan yang dijumpai pada menhir di Kabupaten Limapuluh Kota berbentuk pucuk pakis.
Kemudian motif garundang mandi yang menggambarkan secara abstrak sekelompok garundang atau kecebong yang hidup berkelompok dan mandi dalam kolam air.
Motif ini memiliki makna dalam berhubungan dengan masyarakat egaliter, kompak dan menjaga kebersamaan namun dengan nikmat dan berkecukupan, ujarnya.
Selanjutnya motif kabek daun kacang yang merupakan penggambaran abstrak dari daun kacang yang disusun dan diikat rapi dengan indah.
Menurutnya nilai filosofi kabek daun kacang adalah merefleksikan masyarakat yang sederhana, rapi, disiplin, dan penuh keindahan yang menyejukkan sebagai gambaran dari masyarakat perdesaan Minangkabau.
Lalu motif ayam balatiang yang merupakan penggambaran abstrak dua ekor ayam yang sedang berkelahi dengan makna filosofi kehidupan yang penuh persaingan sehingga yang kuat dan pintar akan memenangkannya.
Berikutnya motif ayam jantan yaitu penggambaran abstrak seekor ayam jantan dengan makan simbol kepemimpinan dalam keluarga.
Kemudian motif layang-layang yang merupakan penggambaran abstrak permainan rakyat layang-layang dengan filosofi sebesar apapun badai dalam hidup harus mampu mengelolanya dengan arif.
Lalu motif sakilek ikan dalam aie yang merupakan dedaunan yang destilir dengan makna kearifan lokal orang Minang dalam kehidupan.
Selanjutnya motif tirai bungo paga berupa dedaunan yang merepresentasikan bunga berbentuk tirai bergelantungan indah di pagar dan memperindahnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019