Hujan lebat mengguyur kota Sipirok, ibukota Kabupaten Tapanuli Selatan, Selasa (9/4) sore hingga malam hari tadi menyebabkan jaringan irigasi jebol sekaligus mengancam puluhan hektare persawahan di daerah itu mengalami kekeringan.
Kondisi jebolnya bendungan (tahalak) Aek (sungai) Mandurana lebih kurang 10 meter ini baru diketahui pagi ini, Rabu (10/4) setelah sejumlah petani daerah itu akan memulai aktivitasnya ke sawah.
"Setelah diperiksa kami baru sadar penyebab tidak mengalirnya air ke areal persawahan warga gara-gara bendungan jebol akibat hujan deras tadi malam," salah satu petani Herman Harahap kepada ANTARA, di Sipirok, Rabu.
Lokasi bendungan yang jebol itu berada sekitar 500 meter di atas arah Tor Sibohi Hotel (sering disebut 'saba' atau sawah julu) dan apabila kondisi ini dibiarkan terus dikhawatirkan dapat mengancam kehidupan pertanian di sekitar wilayah itu.
Menurut Herman yang juga pengurus Forum Petani Sipirok (FPS), banyak warga desa yang bercocok tanam di areal 'saba julu' yang letaknya di lembah Tor (gunung) Sibohi yang luasnya arealnya diperkirakan puluhan hektare bahkan lebih memanfaatkan air dari irigasi yang jebol tersebut.
Petani terdampak termasuk warga petani berasal dusun Mandurana, lingkungan Hutaraja, Sumuran, Desa Sialagundi, Kelurahan Baringin, lingkungan Parsorminan dan Langsar.
Menurut Herman bendungan permanen yang jebol tersebut sebelumnya juga sudah pernah jebol, hanya saja masyarakat petani bergotong royong dengan cara menimbun dengan batu-batu koral agar air bisa masuk dan mengalir ke lahan pertanian.
"Sayangnya bendungan darurat ini rusak kembali atau jebol akibat dihantam hujan deras. Kiranya ini menjadi perhatian pihak pemerintah untuk dapat memperbaikinya kembali," harap Forum Petani Sipirok lebih jauh.
Dikatakan, kondisi pertanian sawah warga di daerah tersebut saat ini sedang butuh-butuhnya air.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
Kondisi jebolnya bendungan (tahalak) Aek (sungai) Mandurana lebih kurang 10 meter ini baru diketahui pagi ini, Rabu (10/4) setelah sejumlah petani daerah itu akan memulai aktivitasnya ke sawah.
"Setelah diperiksa kami baru sadar penyebab tidak mengalirnya air ke areal persawahan warga gara-gara bendungan jebol akibat hujan deras tadi malam," salah satu petani Herman Harahap kepada ANTARA, di Sipirok, Rabu.
Lokasi bendungan yang jebol itu berada sekitar 500 meter di atas arah Tor Sibohi Hotel (sering disebut 'saba' atau sawah julu) dan apabila kondisi ini dibiarkan terus dikhawatirkan dapat mengancam kehidupan pertanian di sekitar wilayah itu.
Menurut Herman yang juga pengurus Forum Petani Sipirok (FPS), banyak warga desa yang bercocok tanam di areal 'saba julu' yang letaknya di lembah Tor (gunung) Sibohi yang luasnya arealnya diperkirakan puluhan hektare bahkan lebih memanfaatkan air dari irigasi yang jebol tersebut.
Petani terdampak termasuk warga petani berasal dusun Mandurana, lingkungan Hutaraja, Sumuran, Desa Sialagundi, Kelurahan Baringin, lingkungan Parsorminan dan Langsar.
Menurut Herman bendungan permanen yang jebol tersebut sebelumnya juga sudah pernah jebol, hanya saja masyarakat petani bergotong royong dengan cara menimbun dengan batu-batu koral agar air bisa masuk dan mengalir ke lahan pertanian.
"Sayangnya bendungan darurat ini rusak kembali atau jebol akibat dihantam hujan deras. Kiranya ini menjadi perhatian pihak pemerintah untuk dapat memperbaikinya kembali," harap Forum Petani Sipirok lebih jauh.
Dikatakan, kondisi pertanian sawah warga di daerah tersebut saat ini sedang butuh-butuhnya air.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019