Pertanian di Kabupaten Tapanuli Selatan mulai menghadapi tantangan menyusul mulai datangnya musim kemarau yang tentunya berdampak bagi pertanaman petani.

Faisal Reza Pardede, salah seorang petani di Kecamatan Sipirok, di Sipirok, Senin, mengatakan, cuaca panas akhir ini menyebabkan debit air ke lahan pertaniannya di Desa Paran Padang berkurang.

"Saya harus tarik selang belasan meter dari sumber (sumur) air untuk dapat menyiram bibit yang baru sekitar satu bulan ditanam, kalau tidak budidaya cabai sekitar 2200 batang ini dikhawatirkan mati," katanya.

Di tengah teriknya sinar matahari terkadang, kata dia, cuaca berubah secara tiba-tiba atau datang hujan, dan air yang jatuh pun tidak begitu berpengaruh kuat akan kebutuhan tanaman cabainya tersebut.  

Hal sama juga disampaikan Herman Harahap, petani di lembah Tor (gunung) Sibohi, Sipirok.

Ia juga merasakan hal yang sama akan kebutuhan air untuk tanaman sekitar delapan ribu batang tanaman cabainya.

"Untuk mengantisipasi kemarau berkepenjangan saya sudah niat menggali sumur untuk mendapatkan stok air kebutuhan tanaman cabai ini," katanya.

Faisal Reza dan Herman, keduanya berharap dengan kerja kerja keras pengadaan air budidaya cabai mereka dapat tumbuh subur dengan harapan produksinya juga baik.

"Demi terawatnya tanaman cabai kami ini tidak apalah kami bekerja keras walau dengan cara menyelang air dari sumur dengan menggunakan genset," kata keduanya, seraya berharap dimasa panen harga komoditi cabai mereka bisa meningkat," katanya.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019