Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) RI mengatakan pembangunan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Batangtoru berkapasitas 510 MW betul-betul ramah lingkungan.

Dirjen Ketenagalistrikan Rida Mulyana sampaikan itu saat kunjungan kerja ke lokasi PLTA Batngtoru bersama PLN, Sabtu, melalui Hendra Iswahyudi, Direktur Bina Usaha Ketenagalistrikan.

Menurut dia, PLTA ini membutuhkan lahan yang sedikit artinya dari 600 Ha Areal Pengunaan Lain (APL) yang telah dibebaskan cuma butuh sekitar 122 Ha untuk bangunan permanen yang 66 Ha diantaranya untuk genangan air dan sisa yang 400 Ha nantinya akan dihutankan kembali.

"Keberadaan hutan sangat penting menjaga air sebagai bahan baku keberlangsungan PLTA kedepan," kata dia, seraya membandingkan kapasitas 510 MW daya listrik menggunakan batubara, sudah seberapa tinggi polusi udara yang ditimbulkan?

Proyek ini, kata dia, juga meningkatkan porsi pemerintah mewujudkan Energi Baru Terbarukan (EBT) 35 ribu Megawatt yang saat ini baru mencapai 13 persen.

"Bayangkan saja 510 MW itu bukan kecil, dia bisa memberikan penerangan kepada 510 ribu rumah tangga 900 watt." katanya. Kemudian energi listrik dihasilkan PLTA ini akan disalurkan interkoneksi Sumatera, dan penggunaan hanya pada beban puncak.

Ketua Komisi VII DPR-RI Gus Irawan juga pernah menyatakan PLTA Batangtoru akan mampu mengatasi krisis listrik Sumatera Utara, dan kedepan dapat menggantikan peran pembangikit listrik tenaga diesel (PLTD) yang biaya produksinya relatif lebih mahal yang sampai saat ini masih diperlukan untuk mencegah pemadaman.

Lebih jauh Hendra mengatakan kedepan pertumbuhan kebutuhan akan energi listrik masyarakat dan industri pasti akan bertambah, karenanya, PLTA Batangtoru diharap akan dapat menjawab kebutuhan itu nantinya disampinging sumber EBT lainnya.
 
Salah seorang karyawan PT. NSHE memandang jauh perbukitan berbentuk huruf "V" yang nantinya sebagai lokasi genangan air Sungai Batang Toru untuk PLTA Batangtoru (Antara Sumut/Kodir)


Irit penggunaan lahan

Terpisah Agus Djoko Ismanto, Senior Advisor Lingkungan PT. NSHE dalam satu kesempatan, menyebut  luas lahan yang dipakai PLTA 510 MW sangatlah kecil cuma 0,07 persen atau seluas 122 Ha (66 Ha diantara untuk genangan air) dibanding total ekosistem Batangtoru berstatus APL seluas 163.846 Ha.

"Dengan mengikuti regulasi Kementerian Lingkungan Hidup dan menggandeng Universitas Sumatera Utara atau USU, NSHE memiliki program reboisasi dan pelestarian lingkungan sepanjang daerah aliran sungai Batangtoru," ujarnya.

Bahkan kata dia, dalam mmenjalankan program tersebut NSHE yang memiliki sejumlah pakar ahli lingkungan juga melibatkan kelompok pecinta alam. "Nyawa PLTA itu adalah air, dan sangat tidak mungkin kami merusak lingkungan sebagai penyangga air,” terang Agus.

"PLTA Batangtoru juga memberikan kontribusi sistem penyangga kehidupan dan keberlanjutan suplai air, selain pengendalian erosi pada tebing dan bukit juga meningkatkan daya dukung lingkungan dan konservasi habitat Orangutan Tapanuli serta satwa lainnya," pungkasnya.

Menurut Agus, tidak lah mungkin sebuah investasi pembangunan yang besar hingga mencapai Rp.21 triliun untuk di sia-siakan. "PLTA ini demi masa depan anak cucu, soalnya banyak potensi ekonomi yang terberdayakan dari proyek ini," tandasnya.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019