Forum Petani Sipirok (FPS) secara tegas meminta pihak-pihak lain untuk tidak mempolitisisasi persoalan kawanan hama monyet yang akhir-akhir ini meresahkan petani daerah ini, apalagi sampai menyudutkan pihak lain. 

"Keluhan hama monyet murni dari petani, sedikit pun tidak berniat atau menyalahkan pihak lain," kata ketua dan bendahara FPS, Mara Adil Hutasuhut dan Herman Harahap yang menghubungi dari Sipirok, Sabtu.

Mara Adil dan Herman, sama-sama menjelaskan tujuan FPS sebagai wadah berkumpulnya kelompok tani Sipirok untuk bersilaturahim dan bertukar pikiran demi majunya pertanian.

"Sejak hama monyet mencuat berbagai publik ada yang menanggapi negatif dan ada yang positif, bahkan ada yang menyalahkan berbagai pihak," kata mereka. 

Atas beragam tanggapan yang muncul FPS tetap berpikiran positif, karena keluhan yang disampaikan hingga pembahasan forum murni semata demi petani. 

"Tolong jangan dipolitisasi, ini murni keluhan petani. Seyogianya solusi yang dapat diberi ke kami demi menangani berbagai permasalahan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat petani Sipirok," pinta keduanya. 

Menurut FPS langkah memperjuangkan nasib petani sejalan visi misi Pemkab Tapanuli Selatan untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera disamping sehat dan cerdas.

"FPS sangat 'welcome' dan terbuka bagi siapa dan pihak manapun yang ingin memberikan sumbangsih pemikiran, solusi, bahkan bentuk apapun demi peningkatan produktivitas pertanian termasuk solusi terkait hama monyet," kata Mara Adil.

Sebelumnya, FPS lewat kegiatan rutin bulanan telah membahas sekaligus akan menyurati lembaga-lembaga terkait untuk mencari jalan keluar penanganan hama monyet utamanya di Lembah Tor (gunung) Sibual-buali dan lembah Gunung Sibohi agar bisa diminimalisir.

"Konkretnya petani Sipirok murni butuh pembinaan, butuh pendampingan, butuh ilmu, butuh perhatian lainnya. Dan, sekali lagi tolong soal hama monyet jangan ditunggangi apalagi dipolitisasi demi untuk kepentingan yang lain," tegas Mara Adil dan Herman. 

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019