Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Nelayan Muara Upu, Kecamatan Muara Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan mengeluh akibat maraknya operasi pukat harimau diwilayah perairan laut daerah tersebut.

"Imbasnya hasil tangkapan ikan nelayan tradisional jauh semakin menurun,"kata Kepala Desa Muara Upu Husnul Amir Harahap menghubungi  Antara di Sipirok, Rabu.

Ia mengatakan jumlah kapal pukat harimau yang setiap harinya beroperasi menangkap ikan di perairan samudra hindia tersebut hingga mencapai belasan unit kapal.

"Tidak saja menghabisi ikan dan udang - udang kecil namun kehadiran pukat harimau sampai - sampai merusak jaring dan rumpon milik nelayan tradisonal Muara Upu,"katanya.

Maraknya pukat harimau ini sudah sejak tahun 2000 an, bahkan pendapatan (penghasilan ikan dan udang) oleh nelayan dari yang dulunya bisa belasan kilo sekarang hanya bisa sekitar enam 6 kilo per hari.

Menurutnya 81 kepala keluarga di Desa Muara Upu ini bergantung hidup dari laut sebagai nelayan untuk mencari ikan dan udang.

"Sebenarnya seluruh warga sudah merasa keberatan atas kehadiran pukat harimau tersebut namun kami warga tidak punya daya apa-apa?,"keluhnya.

Ia berharap kiranya ada tindakan tegas dari pihak terkait atau pemerintah pusat untuk dapat segera melakukan intervensi menertibkan seluruh pukat harimau dari perairan laut di wilayah pantai barat pulau Sumatera ini.

"Harapan kami seluruh tidak ada lagi pukat harimau yang beroperasi disini demi keberlangsungan hidup ratusan jiwa penduduk Muara Upu ini,"pungkasnya.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019