Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Tingginya curah hujan belakangan ini sangat berpengaruh terhadap kualitas komoditi pertanian khususnya tanaman cabai di Sipirok, Kabupaten Tapanuli Selatan.

"Tidak jarang petani menjual cabainya dalam kondisi masih hijau," kata Mara Adil Hutasuhut, Ketua Kelompok Tani Mekar Sari, Sipirok, menghubungi Antara, Selasa (27/11) sore.

Menurut dia, banyak batang tanaman cabai yang ditanam petani di daerah itu diserang jamur diakibatkan curah hujan yang tinggi, sehingga pengaruh terhadap panen cabe.

"Kondisi tersebut memaksa sejumlah petani terpaksa memanen cabenya lebih cepat (keadaan cabai masih hijau) yang harganya dikisaran tujuh - delapan ribu/kilonya,"jelasnya.

Padahal, kalau normal cabai dalam keadaan sudah matang nilai jualnya bisa lebih tinggi seperti sekarang ini per kilonya dikisaran Rp18 ribu di tingkat petani.

 "Dibanding pekan lalu harga jual cabai merah dikisaran Rp15/Kg, memasuki minggu akhir November naik tiga ribu rupiah menjadi Rp18 ribu/Kg,"katanya.

Ia merasa optimis, harga komoditi cabai merah bakal terus naik mengingat kebutuhan meningkat menjelang natal dan tahun baru, apalagi ditengah cuaca yang tidak menentu.

Sementara Kadis Ketahan Pangan melalui Kabid Ketersediaan/Distribusi Ketahanan Pangan Tapanuli Selatan Tua Ali Saib Siregar, yang dihubungi di Sipirok, Selasa, mengatakan, rata-rata harga jual cabai merah di pasar-pasar tradisional di daerah itu dikisaran Rp21 ribu - Rp22 ribu/Kg.

"Kita tetap aktif melakukan monitoring harga-harga komoditi di pasar tradisional. Memang, khusus harga cabe merah ada penurunan harga di tingkat petani dibanding dua pekan lalu hampir mencapai tigapuluhan ribu/Kg-nya,"ujarnya.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018