Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia atau LIPI melalui Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya melakukan survei rencana induk pembangunan Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan. 

Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M. Pasaribu melalui Kepala Bappeda Tapanuli Selatan Abadi Siregar,  dalam siaran persnya diterima Antara,  Sabtu, mengatakan survei kedua LIPI itu guna melengkapi kegiatan survei yang telah dilakukan pada tahap pertama.

"Personil LIPI yang turun dalam tahap dua (19 September - 22 September 2018) ini yaitu Dwi Murti Puspitaningtyas, Rachmat Fajar Lubis dan Didi Usmadi,"katanya.

Kegiatan tim survei meliputi mengenai tanah dan air, pemanfaatan tumbuhan oleh masyarakat (botani ekonomi), sosial ekonomi masyarakat, dan persepsi masyarakat terhadap rencana pembangunan Kebun Raya.

"Sampel air - tanah yang diambil dari lokasi kebun raya akan dilakukan pengujian di laboratorium yang telah terakreditasi nasional,"katanya. 

Hasil analisa, khususnya sampel air selain untuk mendukung jenis tanaman terpilih juga dilakukan analisa kuantitas untuk mendukung ketersediaan air baku untuk rencana wilayah baik untuk fasilitas pembibitan, penyiraman, mitigasi bencana, perkantoran dan pendukung lainnya. 

Hasil sementara diketahui bahwa potensi air yang ada di lokasi Kebun Raya terdiri dari air hujan, air permukaan dan air tanah. Pemanfaatannya akan digunakan secara berimbang. pH air berkisar antara 5,37 -  7,36, TDS 0,709 – 5,54 mS/m, suhu air 21,5 – 25,8 0C. 

Jenis tanah secara penampakan fisik terdiri dari dua jenis yaitu Organosol dan Podsolik yang bersifat lepas dan kering. Kondisi tanah dan air akan menjadi bahan pertimbangan dalam upaya mitigasi bencana di kawasan Kebun Raya yaitu potensi gerakan tanah dan kebakaran lahan. 

Masyarakat sekitar Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan memanfaatkan  jenis tumbuhan di antaranya untuk pangan (buah-buahan, sayur), obat, kayu, dan hias. 

Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pangan di antaranya Vernonia amygfalina (Sitopa) dan Tetrastigma leuocostaphyllum (Siriprip), tumbuhan yang berpotensi obat di antaranya Piper bettle (Sirih), Eurycoma longifolia (Kayu pahit), Saurauia sp. (Sipirdot), Labisia pumilla (Gadung imbo), Calamus manan (Sihim), Homalanthus populneus (Andulpak). 

Tumbuhan berpotensi kayu di antaranya Shorea ovalis (Meranti batu), dan Shorea platyclados (Meranti bunga), sedangkan jenis yang berpotensi hias di antaranya Cyathea contaminants (paku pohon), Arundina graminifolia dan Arachnis flos aeris. 

"Pengetahuan pemanfaatan jenis tersebut akan menjadi dasar penyusunan taman-taman tematik yang akan dibangun di Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan," katanya. 

Sebagai contoh jenis-jenis buah-buahan lokal yang unggul dapat dikelompokan penanamannya dalam satu vak area plasma nutfah. Taman-taman tematik yang dibangun akan dilengkapi dengan informasi-informasi pemanfaatan jenis tersebut dan digunakan sebagai media pembelajaran bagi pelajar di Kabupaten Tapanuli.

Hasil sementara survei sosial ekonomi diketahui bahwa masyarakat di sekitar Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan sebagian besar berprofesi sebagai petani dengan status kepemilikan lahan pertanian berupa lahan milik dan lahan keluarga. 

Luas lahan yang dikelola oleh masyarakat sebagian besar seluas 0,5 – 1 ha dan pendapatan masyarakat berkisar 1 – 2 juta per bulan.  Masyarakat di sekitar Kebun Raya Kabupaten  Tapanuli Selatan sebagian besar tidak tahu tentang  rencana pembangunan Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan.  

Sedangkan hasil sementara survei persepsi masyarakat diketahui bahwa semua masyarakat setuju dan mendukung dengan rencana pembangunan Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan yang akan berdampak positif terhadap aspek konservasi, perubahan iklim, pendidikan, peningkatan ekonomi masyarakat dan pembangunan daerah.  

Dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan peran serta masyarakat terhadap rencana pembangunan Kebun Raya Kabupaten Tapanuli Selatan perlu dilakukan sosialisasi  kepada seluruh pemangku kebijakan, masyarakat, LSM dan pelajar.  

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018