Jakarta (Antaranews Sumut)- Menyambut Hari Keanekaragaman Hayati Dunia, PT North Sumatera Hydro Energy (NSHE) berbagi cerita, bagaimana proyek PLTA Batangtoru disiapkan, dengan memikirkan secara mendalam dan menyeluruh, bagaimana ekosistem dan keanekaragaman hayati di wilayah Batangtoru, Tapanuli Selatan bisa terus dijaga kelestariannya.

 “Proyek PLTA Batangtoru ini dirancang sebagai pembangkit listrik yang irit-lahan,” ungkap Agus Supriono, Manajer Humas, PT North Sumatera Hydro Energymengungkapkan. “Proyek PLTA Batangtoru hanya memerlukan seluas 67,7 hektar lahan yang tergenang, selain itu kami juga akan menggunakan 24 hektar lahan lainnya, yang ada di badan sungai,”  

Lebih lanjut ia menjelaskan, Berada di lahan berstatus Area Penggunaan Lain (APL), lokasi proyek ini juga  sangat menguntungkan bagi kami, dengan adanya tebing curam di sepanjang sungai yang membentuk cekungan tajam berbentuk huruf V yang akan menjadi titik di mana bendungan akan dibangun. “Dengan demikian kami masih dapat menjaga lahan-lahan lainnya yang tidak kami gunakan, untuk tetap bertahan seperti sediakala.

Dan karena lereng yang curam dan terjal, lahan pertanian menjadi sangat terbatas sekali, sehinggaperubahan perekonomianyang berlangsung di sana, masih bisa ditangani dengan baik.

“Keunggulan lain dari lokasi proyek ini adalah kami tidak harus melakukan relokasipemukiman, karena tidak ada penduduk yang tinggal di sekitar proyek. Tidak ada seorang pun.”ujar Agus.

Hutan Batangtoru yang terletak di sekeliling lokasi proyek PLTA Batangtoru terkenal dengan keindahan dan kekayaan keanekaragaman hayati-nya, proyek PLTA ini akan menjaga dan memelihara lahan di sekitar proyek sebagai lahan penyangga bagi hutan lindung. Sesuai arahan dari IFC Standard, proyek ini juga mengadopsi hirarki mitigasi di mana penghindaran, minimalisasi perubahan bentang alam, migitasi maupun tukar guling (offset)akan diadopsi. Sebuah rencana kerja yang berkenaan dengan Keanekaragaman hayati akan diimplementasikan dengan melakukan kolaborasi dengan pihak-pihak terkait dan pihakberwenang di daerah ini.

Yang telah kami lakukan juga adalah, satu tim yang telah dibentuk dan diberi tanggung jawab untuk melakukanpengamatan pra pembukaan lahan.Tim ini telah bekerja sepenuh hati untuk memantau kondisi ekosistem, pra pembukaan lahan, guna memastikankeamanan dan keselamatan flora dan fauna di lokasi konstruksi PLTA Batangtoru.  

 Apabila ditemukan fauna (satwa liar), tim harus mengupayakan agar  fauna tersebut bergeser ke habitat yang lebih aman. Upaya penyelematan khusus dilakukan terhadap satwa-satwa yang mempunyai kendala untuk berpindah misalnya anak burung yang ditemukan di atas pohon. Terhadap flora (tumbuhan) langka, tim bertugas mengumpulkan semai (anakan pohon) atau biji pohon tersebut dan dipelihara dipersemaian untuk ditanam kembali (replanting) di lokasi proyek sebagai bentuk upaya pelestarian biodiversitas. Jumlah semai pohon-pohon langka saat ini mencapai ±1.000 semai berupa jenis meranti (Meranti Kuning, ketuko, keruing bulu/simar haluang) dan jenis yang dilindungi yaitu Tengkawang Gunung (Shorea lepidota).

 “Sejauh ini baru PLTA Batangtoru yang melibatkan multistakeholder, termasuk NGO lokal dalam upaya pelestarian biodiversitas. Banyak perusahaan lain, baik di Bumi Tapsel ini, terutama dikawasan Hutan Batangtoru maupun di luar yang jelas-jelas merusak lingkungan karena merubah tutupan lahan secara besar-besaran, tapi mereka belum ada upaya konservasi yang telah dilakukan dengan melibatkan NGO lokal.” demikian UjarIrsanSimanjuntak, Direktur Lembaga Sipirok Lestari Indonesia yang menjadi mitra PT NSHE dalam pelestarian biodiversitas.

Irsan juga menambahkan semoga semua sektor swasta terilhami dengan kegiatan-kegiatan mitigasi yang telah dilakukan oleh PLTA Batangtoru untuk meminimalkan dampak sehingga kelestarian lingkungan dan biodiversitas terjaga.

Proyek PLTA Batangtoru saat ini masih berada di tahap awal pembangunan(pembangunan access road), namun tetap memberikankepeduliannya terhadap pelestarian biodiversitas. Disamping pengamatan pra pembukaan lahan, tim biodiversitas PLTA Batangtoru melakukan pengamatan disepanjang Sungai Batangtoru. Hasilnya menunjukkan bahwa sepanjang Sungai Batangtoru yang berbatasan dengan proyek PLTA Batangtoru tidak ditemukan pohon dengan tajuk yang menghubungkan sisi kanan dengan sisi kiri Sungai Batangtoru. Jarak tajuk terdekat diperkirakan sekitar 6 m yang ditemukan di Dusun Hutaimbarau, Desa Batangpaya, Kecamatan Sipirok. Belum dapat dipastikan apakah jarak ini mampu dilewati satwa. Meskipun demikian, PLTA Batangtoru telah memberikan perhatian dengan mempertahankan keberadaan pohon tersebut dan lingkungan disekitarnya.

Selain itu juga, PLTA Batangtoru telah memasang jembatan perlintasan satwa di atas pohon(arboreal) di atas Sungai Batangtoru, agar dapat menghubungkan habitat di kiri dan kanan Sungai Batangtoru.

Sebagai bentuk kepedulian lain terhadap biodiversitas, perusahaan terus menggaungkan pentingnya menjaga wilayah agar bersih dari praktik-praktik perburuan binatang maupun illegal logging.

Keberlanjutan dan kelestarian wilayah hilir juga mendapat perhatian serius, dengan mempertahankan arus air yang cukup sampai ke Sungai Batangtorusehingga kelestarian biota air dapat terjaga. Diketahui bahwa debit airSungai Batangtorusebesar 484m3/detik hingga ke paling rendah sebesar 41,5m3/detik. “Oleh karenanya, dengan debit air Sungai Batangtoru yang rata-rata berada di sekitar 106m3/detik, kami akan mempertahankan arus air sedemikian rupa, untuk memastikan agarkelestarian lingkungan dan ekosistem di wilayah hilir tetap terjaga,” tambah Agus Djoko Ismanto – Senior Advisor Bidang Lingkungan, PT North Sumatera Hydro Energy.

Sebagai pembangkit listrik dengan menggunakan enerji terbarukan, yaitu air, tentunya keberadaan PTLA Batangtoru nantinya akan sangat tergantung pada ketersediaan air yang menjadi penggerak utama dari turbin yang kami operasikansehingga secara alamiah PLTA akan sangat peduli terhadap pelestarian lingkungan di daerah hulu sungai.
 

Pewarta: rel

Editor : Akung


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018