Tapanuli Selatan (Antaranews Sumut) - Panitia paskah raya kabupaten Tapanuli Utara Parsauran Hutagalung napaktilas jejak Dr.Ingwer Ludwig Nommensen ke kelurahan Parau Sorat Kecamatan Sipirok di Kabupaten Tapanuli Selatan.

Kabag Humas/Protokol Tapanuli Selatan Isnut Siregar, di Sipirok, Rabu, mengatakan dalam napaktilas tersebut Parsauran juga asisten pemerintahan/kesejahteraan rakyat Tapanuli Utara bersama rekan panitia lainnya.

Antar lain Kabag Kesra Ramses Silaban, pimpinan denominasi Gereja Korwil GKPI Wilayah VI Pdt. Eril Rambe Manalu, S.Th, Praeses HKI daerah II Silindung, Pdt. Luhut Simamora, S.Th beserta rombongan.

Parsauran Hutagalung mengatakan napaktilas tersebut untuk mengetahui lebih dekat jejak sejarah DR. Ingwer Ludwig Nommensen beserta missionaris menyongsong perayaan paskah raya.

Kehadiran panitia paskah di Tapanuli Selatan juga disambut Sekdakab Tapanuli Selatan Parulian Nasution, Kabag Kesejahteraan Rakyat Solahuddin Harahap dan Camat Sipirok Sardin Hasibuan.

Sebelumnya Sekdakab Tapanuli Selatan Parulian Nasution, kata Isnut Siregar kepada rombongan napaktilas dikisahkan sejarah singkatnya.

Berawal dari Hoessni bin Idris atau Djaroemahot Nasoetion, tokoh pemersatu beragama di tanah batak terutama di Parausorat, Sipirok, Tapanuli Selatan di abad ke-19.

Djaroemahot Nasoetion mempunyai tujuh orang anak ( enam putra dan seorang putri). Dari tiga putranya yang menganut agama Islam dua diantaranya menjadi tokoh penyebar agama Islam di Angkola yaitu Haji Ali Nasoetion dan Koelifah Djamariloen Nasoetion.

Tiga putra lainnya beragama kristen yaitu Sintua (St) Johannes Nasoetion, Pendeta Petroes Nasoetion (salah satu pendeta pertama ditanah batak ditahbiskan 19 Juli 1885), dan Tandoek Nasoetion seorang demang pertama di Balige Tahun 1914 -1928.

Sedang putri satu-satunya Djaroemahot bernama Ambe boru Nasoetion yang menjadi wanita batak pertama yang mampu membaca dan menulis latin.

Pada tahun 1857 Djaroemahot menghadiahkan tanah kepada pendeta Van Asselt untuk pendirian sekolah dan gereja, kemudian 7 Oktober 1861 diadakanlah rapat antara para pendeta Belanda dan Jerman di Parausorat. Hasil rapat tersebut di jadikanlah hari jadi berdirinya HKBP.

Pendeta Van Asselt akhirnya di gantikan pendeta DR. Ingwer Ludwig Nommensen ( 1863 ) yang pindah ke desa Sigumpar (disebut Parsopar berasal dari kata Parau Sorat - Sigumpar).

Pada 1863  St. Johannes Nasoetion mendampingi Nommensen dari Parau Sorat ke Silindung sebagai pengawal dan ikut merintis desa Kristen pertama di tanah batak yaitu Huta Dame.  

Usai mendapat sejarah singkat para rombongan napaktilas menuju tugu Nommensen juga mengunjungi gereja GKPA (Gereja Kristen Protestan Angkola) di Kelurahan Parau Sorat.

Gereja itu dulunya terbuat dari tepas atau berbahan bangunan anyaman bambu dan sekarang sudah permanen setelah itu mengunjungi Gereja GKPA yang berada di Kelurahan Bunga Bondar.

Pewarta: Kodir Pohan

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018