Rantauprapat (Antaranews Sumut) - Ratusan tokoh agama daerah Pantai Timur, Sumatera Utara, menyesalkan penyerangan terhadap Ulama yang diduga dilakukan oleh orang memiliki penyakit gangguan mental.

Hal ini menjadi poin pernyataan sikap para tokoh lintas agama Islam, Kristen, Budha dan Khonghucu di Kabupaten Labuhanbatu Utara, Labuhanbatu dan Labuhanbatu Selatan dalam deklarasi damai pelaksananaa pemilihan kepala daerah di Aula Serbaguna Polres Labuhanbatu, Rabu.

Dalam pernyataan deklarasi yang dipandu Ketua MUI Labuhanbatu, Darwis Husin diikuti ucapan serentak Bupati Labuhanbatu Pangonal Harahap, Kakan Kemenag Safiruddin Harahap, Ketua Badan Kerjasama Antar Gereja, Pdt. B. Br Pardosi, Tokoh Khonghucu Agu alias Afo, Ketua FKUB Labuhanbatu Ramlan Ritonga, Tuan Syeh dari Labura KH Cahaya Hasibuan, Kapolres Labuhanbatu AKBP Frido Situmorang dan Ormas Islam di daerah Labuhanbatu Raya.

Baca juga: Tokoh agama sepakat deklarasi damai Pilkada

Mereka juga mengantisipasi jika terjadi aksi kriminalitas terhadap pemuka agama, akan menciptakan suasana keamanan dan ketertiban masyarakat yang kondusif bersama pihak Kepolisian.

"Menyesali penyerangan terhadap tokoh agama yang terjadi di tanah air, bersama Polres Labuhanbatu membangun langkah antisipasi sehingga hal yang tidak diinginkan tidak terjadi," tegas mereka.

Para tokoh agama juga menyampaikan, menjaga kerukunan beragama dan tidak terprovokasi isu suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA yang dapat memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa.

Sepakat tidak terpancing informasi Hoax yang dapat merusak kerukunan umat beragama dan megedepankan situasi Kamtibmas yang kondusif.

Baca juga: Pangonal: jaga kebhinekaan dan kebersamaan

Kapolres Labuhanbatu AKBP Frido Situmorang dalam kesempatan itu menyampaikan, situasi Kamtibmas di wilyahnya masih sangat kondusif.

Dalam era digital saat ini informasi dapat diperoleh dan disebarkan dengan mudah. Informasi itu dapat disalah gunakan orang yang tidak bertanggung jawab untuk memecah kerukunan umat beragama.

Dia mengajak para tokoh agama di Pantai Timur, Sumatera Utara untuk meningkatkan kondusifitas dalam tahun politik ini dengan silaturrahmi dan menyampaikan arti penting tentang perbedaan.

Pihaknya menyikapi isu sensitif dewasa ini diantaranya, ulama menjadi sasaran orang gila dan pergerakan komunis di Indonesia.

"Saya berharap tokoh agama senantiasa bekerjasama dengan Kepolisian dalam menyikapi perkembangan situasi dan informasi. Pilihan boleh berbeda tapi masyarakat tidak boleh cerai berai," ujarnya.


Pewarta: Kurnia Hamdani

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2018