Simalungun, Sumut, (Antara) - Petani tanaman karet di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, berharap adanya perubahan harga yang lebih baik terhadap hasil komoditas ini di tahun 2015.
"Sudah beberapa bulan ini harga anjlok, hanya Rp5.000 per kilogram," ujar Wardi (58 tahun), warga Nagori (Desa) Dolok Marlawan, Kecamatan Tapian Dolok, Senin.
Ayah dua anak ini mengatakan, dalam kurun waktu tiga tahun belakangan harga karet terus mengalami penurunan, dan puncaknya menjelang akhir tahun 2014.
"Kami juga tidak tahu penyebabnya, sementara harga hasil bumi lainnya rata-rata mengalami kenaikan, seiring kenaikan BBM waktu itu," kata Wardi.
Wardi mengaku kesulita dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan merawat tanaman, karena hanya mengandalkan kebun karet seluas empat rante miliknya.
"Biasanya harga karet cukup stabil dalam situasi apapun, tetapi beberapa tahun ini terus anjlok, sedangkan harga bahan jadi karet tinggi," kata Wardi.
Sementara Sukirman (34 tahun), warga yang sama, mengaku terbantu dengan tanaman kakao (coklat) dan sawit yang ditanamnya.
"Untuk jaga-jaga supaya tetap aman ekonomi keluarga. Soalnya harga kan tidak bisa dijamin naik terus. Jadi saling menutupi," kata ayah anak tiga ini.
Mereka meminta pemerintah untuk membuat program dan kebijakan di bidang pertanian dan perkebunan yang berpihak kepada petani. ***2***
(T.KR-WRS/B/M. Taufik/M. Taufik)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015
"Sudah beberapa bulan ini harga anjlok, hanya Rp5.000 per kilogram," ujar Wardi (58 tahun), warga Nagori (Desa) Dolok Marlawan, Kecamatan Tapian Dolok, Senin.
Ayah dua anak ini mengatakan, dalam kurun waktu tiga tahun belakangan harga karet terus mengalami penurunan, dan puncaknya menjelang akhir tahun 2014.
"Kami juga tidak tahu penyebabnya, sementara harga hasil bumi lainnya rata-rata mengalami kenaikan, seiring kenaikan BBM waktu itu," kata Wardi.
Wardi mengaku kesulita dalam memenuhi kebutuhan keluarga dan merawat tanaman, karena hanya mengandalkan kebun karet seluas empat rante miliknya.
"Biasanya harga karet cukup stabil dalam situasi apapun, tetapi beberapa tahun ini terus anjlok, sedangkan harga bahan jadi karet tinggi," kata Wardi.
Sementara Sukirman (34 tahun), warga yang sama, mengaku terbantu dengan tanaman kakao (coklat) dan sawit yang ditanamnya.
"Untuk jaga-jaga supaya tetap aman ekonomi keluarga. Soalnya harga kan tidak bisa dijamin naik terus. Jadi saling menutupi," kata ayah anak tiga ini.
Mereka meminta pemerintah untuk membuat program dan kebijakan di bidang pertanian dan perkebunan yang berpihak kepada petani. ***2***
(T.KR-WRS/B/M. Taufik/M. Taufik)
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2015