Samosir (ANTARA) - Seorang penghuni Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas III, Pangururan, Kabuoaten Samosir berinisal ARS (27) meninggal dunia secara tidak wajar, korban diduga mengalami kekerasan dianiaya yang dilakukan sesama narapidana.
"Benar, korban meninggal di RSUD Hadrianus Sinaga, Pangururan ketika anggota (pegawai lapas) melarikan korban ke rumah sakit dalam kondisi tidak sadarkan diri usai pertolongan pertama kita lakukan di klinik Lapas," kata Kepala Lapas III Pangururan, Jeremia Sinuraya didampingi Kepala Keamanan dan Ketertiban Lapas, Mitra Tarigan, Senin (6/10) di Pangururan, Samosir, Sumatera Utara.
Jeremia mengungkapkan, kejadian memprihatinkan tersebut bermula ketika korban terlibat adu mulut dengan sesama narapidana pada Minggu (5/10) malam, di kamar tiga yang dihuni sekitar 14 orang warga Lapas, dimana korban ditempatkan.
Namun ketika pihaknya mendengar keributan antara sesama narapidana di malam itu, Mitra Tarigan sebagai Katim Lapas III Pangurutan, kemudian memindahkan korban ke kamar dua untuk dilakukan isolasi yang dihuni oleh 28 warga napi.
"Malamnya keadaan sudah membaik tidak terdengar lagi keributan setelah korban dipindahkan. Namun di pagi hari, Senin (6/10), sekitar pukul 08.30 WIB, usai kegiatan senam bersama pegawai dan narapidana lainnya. Korban yang saat itu tidak mengikuti senam karena diisolasi, dan tanpa sepengetahuan pegawai lapas, korban kembali ke kamar tiga dikatakan untuk mengambil pakaian. Disitulah terjadi perkelahian terhadap korban hingga korban tak sadarkan diri dilarikan ke klinik," ungkap Jeremia.
Sementara hasil penelurusan kembali oleh Jurnalis ANTARA di lokasi, ketika dipertanyakan kembali kepada Kalapas Jeremia, dia menyebut pegawai lapas yang membawa korban ke klinik tidak melihat ada bekas luka memar pukulan di tubuh korban.
Begitu juga dengan sistem keamanan di Lapas, Jeremia juga mengakui tidak ada posisi CCTV yang terlihat di sistem mereka saat perkelahian sesama narapidana itu terjadi.
"Tidak ada pegawai kita yang melihat saat kejadian terjadi dan saat membawa ke klinik pun, anggota juga tidak melihat ada bekas luka memar di tubuh korban. Untuk CCTV juga, posisi kamar tiga ini terletak seperti bentuk siku, jadi tidak terpantau CCTV," kata Jeremia.
Tak sampai disitu, kejanggalan berikutnya juga ditemukan ketika Jeremia mengatakan kondisi korban saat dibawa ke rumah sakit masih dalam keadaan bernyawa meski tidak sadarkan diri.
"Korban masih bernyawa ketika dibawa kerumah sakit," katanya.
Sementara dari hasil penelusuran ke RSUD Hadrianus Sinaga, Direktur rumah sakit dr Iwan Sihalolo di konfirmasi, menyampaikan pihaknya menerima kondisi korban di ruang IGD, sudah dalam keadaan meninggal dunia.
"Kita menerima korban sudah dalam keadaan meninggal, pak," ucap dr Iwan.
Terkait peristiwa menjanggalkan itu, Jeremia yang mengaku turut prihatin atas kejadian naas menimpa warga binaannya, menyebut pihaknya terbuka secara umum agar kasus ini dapat terselesaikan tanpa ada ditutupi.
Dan mengenai para pelaku, Jeremi berharap segera mengetahui nama-nama warga binaannya yang terlibat, yang saat ini masih dilakukan pemeriksaan oleh pihak Lapas III Pangururan bersama dengan pihak kepolisian.
"Untuk nama-namanya kita belum ketahui pasti, masih dilakukan pemeriksaan. Tapi kita tetap terbuka agar kasus ini dapat selesai, tidak ada yang ditutupi," ujar Jeremia.
